Sebenarnya saya sedang malas menulis review film, tapi teman ini memang agak keterlaluan. Dia yang minta diajak menonton, lalu menagih-nagih ulasan. Orang ini juga pandai meneror dan mengganggu ketenangan. Jadi oke lah. Kita lihat apa ulasan ini bisa lebih dari dua tiga paragraf.
Saya menantikan film Knives Out ini sudah cukup lama, semenjak proses produksinya diberitakan. Yah, siapa yang tidak tertarik melihat potongan adegan berisi Daniel Craig, Chris Evans, atau Jamie Lee. Semacam film yang sangat menjanjikan. Awalnya saya malah tidak tahu ini film detektif. Tapi yup, ini film detektif dengan detektif sesungguhnya, detektif swasta bukan detektif kepolisian. Cukup lama genre film semacam ini tidak menyapa. Saya pribadi masih dihantui serial Sherlock (dan masih menantikan season 5 nya yang entah kapan diproduksi itu). Oh ya, Karena film Knives Out ini masih tayang segar di bioskop, berarti sedapat mungkin saya harus menghindari spoil alias pembocoran cerita. Apalagi ini film detektif, sedikit spoil berarti pengungkapan misteri. Di dunia ini, ada orang-orang yang rela melakukan apa saja untuk membungkam para spoiler (hahaha, saya bercanda).
Knives Out bercerita tentang kematian Harlan Thrombey, seorang novelis misteri terkenal, di hari ulang tahunnya yang ke-85. Kematian tragis dengan leher yang disayat awalnya dianggap sebagai bunuh diri sampai detektif terkenal Benoit Blanc datang dan mengemukakan kecurigaan bahwa ada kemungkinan pembunuhan dalam kematian Harlan. Seluruh keluarga akhirnya disorot. Anak-menantu Harlan, Linda, Richard, dan anak mereka Ransom; Walter, Donna dan anak mereka, Jacob; istri almarhum anak bungsu Harlan, Joni, dan anaknya Megan; serta tokoh kunci, Marta Cabrera, perawat Harlan. Baiklah, informasi cerita hanya sampai di sana. Karena ini film detektif, kita tahu betul apa yang kita inginkan saat menonton film ini, bukan begitu.
Selanjutnya, saya akan membicarakan para tokoh. Terkait tokoh-tokohnya, Knives Out dikategorikan dalam ensamble cast, alias semua tokoh adalah tokoh utama alias semua memiliki porsi yang kurang lebih sama, menguatkan kesan kolektif. Daniel Craid berperan sebagai detektif Benoit Blanc, disebut detektif swasta terakhir yang pernah ada. Menunjukkan betapa langkanya profesi itu di era sekarang. Nah, di situlah kelebihan film ini menurut saya. Ia membawa tren dari masa lalu, diadaptasi hingga bisa cocok dengan situasi kekinian. Agak mirip dengan serial Sherlock yang membawa tokoh detektif abad 19 Sherlock Holmes dalam versi kekiniannya. Hanya saja, jika Sherlock sangat berkomitmen dengan segenap situasi terkini (semisal kejahatan berbasis tekonologi), maka Knives Out tidak. Nuansa masa lalu masih terasa, dari pemilihan set, karakter pemeran dan kostum yang mereka gunakan, sampai nuansa gambar film yang menunjukkan warna warni klasik ala Marry Poppins. Seperti yang pernah saya katakan pada seseorang, film ini classic, but still fit in our time.
Menurut saya, akting pemain di film ini hampir semuanya outstanding, masing-masing karakter menonjol dan memorable. Terutama Blanc, yah terutama detektif itu. Jika melihat akting Craig di film ini, penonton akan kehilangan sama sekali gambaran James Bond yang memukau atau misalnya, Michael Blomvkist di film The Girl with the Dragon Tattoo yang cool. Penonton akan menemukan seorang detektif yang agak kurang menyakinkan, terlihat tidak terlalu cerdas tapi cerdas. Berbeda dengan Sherlock Holmes atau Hercule Poirot yang sedari awal menampilkan citra detektif yang kredibel, Blanc tidak sama sekali. Ia terlihat seperti seorang yang agak payah dalam sebuah penyelidikan pembunuhan.
Selain Blanc, Chris Evans yang berperan sebagai Hugh Ransom, cucu korban, juga cukup menarik. Berbeda dengan kesan heroik patriotik tanpa selera humor sebagai Captain America, Evans kali ini tampil berandal. Meski saya sendiri masih susah melenyapkan kesan protagonis dari aktingnya. Entah kenapa. Jamie Lee Curtis dan Michael Shannon juga tampil meyakinkan sebagai anak-anak korban. Saya masih terkenang bagaimana Jamie sebagai Linda, seorang perempuan yang jelas tampak mengendalikan semua aspek dalam hidupnya, mengisap cerutu saat diam dan saat bicara, atau Shannon sebagai Walter dengan wajah penuh kumis yang begitu mengkhawatirkan tentang nasibnya. Yang Terakhir adalah penampilan aktris muda keturunan Kuba yang memerankan Marta. Dia adalah tokoh kunci dan berhasil memerankannya dengan apik: wajah polos, naif, dan bisa menunjukkan tiap emosi dengan ekspresinya masing-masing secara proporsional.
Oh ya, Knives Out ini film detektif komedi, jadi jangan harap penonton akan menemukan nuansa tragis apalagi horor meski set yang dibangun seputar pembunuhan seseorang. Komedi yang ditampilkan dengan cermat, meski ada bagian adegan yang disisipi komedi malah agak, apa ya, merusak bangunan emosi yang dibangun penonton. Meski demikian, entah kenapa rasanya tepat saja.
Terakhir, saya akan beri poin 80 dari 100, meski ulasan di Rotten Tomattoes sudah mencapai 95. Tentu saja saya menganjurkan pembaca artikel ini untuk menonton filmnya, jika Anda penggemar film detektif. Bahkan yang bukan sekalipun.
Wallahua’lam.@