Pertengahan Desember 2022 lalu, Kak Hudan Nur mempertemukan saya (Lampung), Willy Ana (Bengkulu), Siti Salmah (Pekanbaru), dan Mezra E. Pellondou (NTT), dalam sebuah grup whatsapp. Mengajak untuk ikut serta dalam kegiatan menutup akhir tahun dengan membaca puisi secara daring bersama pemuisi lain dari 10 negara (Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, China, Belanda, Rusia, Australia, dan Korea Selatan),
Ajakan tersebut kami sambut dengan sukacita. Selain bisa sambil kangen-kangenan berlima, membaca puisi tentu sesuatu yang membahagiakan bagi kami. Apalagi ini kali pertama bagi saya khususnya, untuk acara serupa yang sudah dua kali diadakan ini. “Terima kasih telah diberi pengalaman akhir tahun yang menyenangkan buatku dan kita semua,” tulis Mezra E. Pellondou sebagai ungkapan sukacita.
Hari yang dinanti tiba, diiringi oleh hujan deras di beberapa provinsi. Bahkan Willy Ana, yang sedang berlibur ke Bengkulu, beberapa kali terpental dari arena zoom, karena signal yang kurang bersahabat. Untung saja Lampung sudah diguyur hujan saat sore hari, sehingga aman saat saya membaca puisi.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Persatuan Pemuisi Nasional Malaysia bekerjasama dengan asyikasyik.com (Banjarbaru, Indonesia), Putra Seni (Brunei Darussalam), dan Pantunism (Singapura) bertajuk “Interaksi Pemuisi Sedunia 2.0”. Acara dimulai pukul 22.00 Waktu Indonesia Tengah dan Waktu Malaysia. Sebelumnya ditayangkan video program Interaksi juga lagu-lagu Pemuisi dari Malaysia.
Salam hangat serta keramahtamahan pengacara majlis atau pembawa acara, Tn Harlym Yeo, membuat suasana sangat bersahabat dan santai di antara rintik hujan. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Beberapa peserta ada yang diperkenalkan. Semangat dan kegembiraan para peserta juga tampak dari senyum yang merekah, gembira menyambut detik-detik pergantian tahun dengan berpuisi bersama.
Acara terbagi dalam 5 sesi. Sesi pertama Malaysia dengan host Tn Harlym Yeo, Sesi kedua Indonesia dengan host Ibu Hudan Nur.
Sesi ketiga Brunei Darussalam dengan host Prof.Dr. Zefri Ariff. Sesi keempat Singapura dengan host Tn Shahril Samri. Dan sesi kelima adalah sesi bebas. Peserta bisa berpuisi, bernyanyi, ataupun menyampaikan suatu harapan untuk tahun yang baru.
Acara diawali dengan doa bersama yang diimami oleh Tuan Che Su Deraman, dilanjutkan dengan sambutan Presiden Pemuisi, Dato’ Dr. Radzuan Ibrahim. Berikutnya sambutan oleh Pengerusi Lembaga Pengelola, Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) Malaysia, Ybhg. Datuk Seri Prof. Dr. Awang Sariyan, sekaligus membuka dan meresmikan acara.
Dalam sambutannya, Datuk Seri Awang Sariyan menyampaikan, bahwa pertemuan dalam majelis seperti ini sangat baik, tidak sekadar mengakrabkan hubungan dengan saling mengenal rupa, bahasa, warna kulit, dsb. Lebih jauh adalah saling mengenal dalam arti saling memanfaatkan kekuatan antar pemuisi yang ada di dunia.
Sangat istimewa, Datuk Seri Awang Sariyan pun membacakan sebuah puisi karyanya yang berjudul “Sahabatku”.
Sahabatku,
Ketika matahari masih bersinar pada siang hari
Ketika bulan masih mengambang pada malam hari
Mari kita semai bibit di bumi yang subur
Bibit yang nanti bertunas, tumbuh, dan mengeluarkan daun dan bunga
Turut membekali alam dengan oksigen dan buah ranum penuh gizi
Mekar menghiasi jambangan
Memberikan nikmat pemandangan pada mata yang turut syukur
Akan kebesaran pencipta
Kita pupuk kita baja pohon persahabatan dan perdamaian itu
Menaungi kehidupan umat sejagat
Menyegarkan dan kita berbagi nikmat berkongsi
Dari anugerah pemberi dan pemilik yang hakiki
Kita hanya penumpang sementara
Dalam perjalanan menuju ke destinasi yang abadi
Saya sangat terkesan dengan acara Interaksi Pemuisi Sedunia yang mengusung tema “Harapan Melangit di Tahun Baru” ini. Bagi saya pribadi, bukan sekadar bersilaturahmi antar sesama pemuisi, juga bukan masalah bisa atau tidaknya membaca puisi, melainkan juga sebagai apresiasi bagi pemuisi yang patut disyukuri bersama. Dalam kesempatan itu, saya mengenakan Siger dan busana adat daerah Lampung (meski tak sempurna), sebagai bentuk apresiasi terhadap acara keren ini.
Di pengujung acara, dalam sesi kelima, segala doa dan asa dilangitkan. Semua peserta meski dalam ungkapan yang berbeda, tetapi memiliki harapan yang sama, yaitu limpahan kebaikan dalam setiap langkah yang menjejak pada hari-hari selanjutnya dengan semangat baru di tahun yang baru. Puisi telah menyatukan sekaligus membumikan hati. Selamat Tahun Baru 2023.@