MISAL kelak, Anda bertemu dengan atasan Anda, atau bos Anda dalam rentang umur 35 tahun, lalu memaki Anda lantaran pekerjaan yang tidak becus dan mengupat, “Huh, dasar kaum milenial,” maka Anda berhak membalasnya, “Elu yang milenial!”.
Dewasa ini, perihal generasi milenial kerap digembar-gemborkan, tak hanya karena data pengguna media sosial kita, tetapi juga sampai ke data pemilih di seluruh Indonesia terbanyak adalah generasi milenial. The Question is? Generasi milenial itu siapa, kerjaannya apa, sih?
Generasi Milenial Generasi Perubahan
Mereka adalah segelintir orang atau kaum yang merasakan perubahan besar dari masa tumbuh tanpa gadget ke gadget. Mereka adalah orang-orang yang tengah melaksanakan pengembangan diri di tengah kaum yang padat akan informasi. Kadang tak heran, generasi milenial kerjaan mereka tidak jauh dari rutinitas buka notifikasi aplikasi, menghitung jumlah like, dan menjawab komentar haters. Sudah mulai tercerahkan? Mari kita klasifikasi!
Generasi milenial adalah mereka yang lahir di tahun 81 sampai 96. Sedangkan untuk mereka yang lahir setelah tahun 96 itu disebut dengan generasi Z (baca:zee). Lantas generasi sebelumnya disebut dengan generasi X. itulah mengapa, banyak kegiatan atau jargon yang diperuntukkan ke milenial bertajuk Y: Youth/Young!
Dear pembaca, jika anda sempat merasakan menjadi pelajar yang membuat kesalahan di sekolah, lalu menerima hukuman semisal dicubit, atau terparah dipukul pakai mistar, atau kita naikin deh levelnya hukumannya digampar, membersihkan WC, sampai berdiri berjempur di tiang bendera, dan kabar itu sampai ke orangtua di rumah, kita digampar, cuy! dan ditambah dengan nasihat-nasihat penuh kalimat mutiara: fix berarti anda adalah generasi milenial.
Tahukah anda generasi setelahnya, yakni generasi z tidak mendapati itu. sebagaimana banyak kasus yang dewasa ini kita temui di pemberitaan online. Anak di sekolah bikin masalah, dihukum sama guru, si anak lapor ke orangtua, finalnya si guru masuk penjara. Banyak kasus demikian terjadi di Indonesia. banyak, dan ini kaum generasi Z. Memprihatinkan.
Parahnya, generasi Z adalah generasi penerus bangsa. Mereka yang belakangan main tik-tok umur 6 tahun dan kelak akan menjadi pemimpin kalian di masa depan. Gimana rasanya? Mampus lu pade. Memang sih, gak semua main tik-tok. Tapi… Banyak!
Generasi X
Mungkin ini era bapak atau ibu boleh saya bilang begitu. Era di mana sekolah begitu susah, pendidikan rendah, dan kalau masuk sekolah itu mahal. Buset dah. Tapi efeknya, berawal dari kesusahan itu, mereka yang bertahan dengan kenekatan dan keberanian bertahan hidup bisa menuai hasil sampai sekarang. Berkat, nekat. Coba sesekali tanyakan ke beberapa kelas generasi X ini, apa yang telah mereka lalui sepanjang masa muda sebelum tiba ke pencapaiannya sekarang. Suer, kalian pasti mendapatkan kisah yang begitu pedih.
Saking beraninya mengambil risiko demi memperbaiki nasib atau mempertahankan hidup, mereka membuat apa saja, masuk apa saja. Membangun perusahaan, perusahaan gak jalan, ya gak apa-apa, wong dia memulai juga dari tidak punya apa-apa. Mendaftar jadi pejabat, gak lulus, jadi pengusaha, banyak yang begitu. Yang sekarang punya jabatan juga adalah orang-orang yang dulunya mengalami kesusahan, bukan karena orang dalam. Tanyakan ke pejabat daerahmu, kalau dia memang generasi X.
Pernah menanyakan cita-cita ke generasi X? mereka gak muluk-muluk, gak kebanyakan ngayal. Dan kebanyakan mereka sudah pada pencapaian karier, atau titik balik kehidupan, apa pun profesinya. Sebagian sudah sukses dalam indikatornya sendiri, sebagian datar-datar saja yang penting tetap hidup dan cukup menghidupi.
Generasi Milenial/Y (Youth/Young Generation)
Ini bukan pujian yang superior, tapi faktnya begitu. Generasi milenial adalah generasi yang luar biasa. Generasi super pintar, atau boleh juga super cerdas. Dimulai dari ketiadaan, lahirnya tanpa gawai apa pun. Lalu menerima revolusi gadget. Generasi yang high education.
Generasi di Indonesia yang mendapati masa reformasi, jatuhnya Soeharto, krisis moneter, hingga demokrasi. Generasi yang melihat betapa Negara ini penuh dengan kerusuhan yang menjadi sejarah kelam bangsa.
Kini, rata-rata terbanyak mereka adalah lulusan S1, tak cukup S1 lanjut S2. Berasa nanggung, terus ke S3. Untuk sebagian kalangan, hal ini menjadi pushback reality/ atau memundurkan realita. Realitanya, generasi ini paling banyak menganggur, tidak menerima kenyataan, dan tersulit mendapatkan pekerjaan.
Teman saya yang masuk dalam kelas generasi milenial baru saja lulus S2, dan tidak memunyai pekerjaan. Katanya, betapa membawa ijazah S2 menyulitkannya mendapatkan pekerjaan. Lowongan banyak, tapi bukan yang dia ingini. Entah sistem perusahaan yang keliru atau dia yang tidak mau menurunkan ego. Alih-alih memulai dari bawah, ia melanjutkan S3. Parah. Selesai S3, umurnya ketuaan, dan perusahaan tidak memerlukan rentang umurnya. Ijazah S3-nya tak terpakai. Ini adalah sebagian contoh manusia yang kurang beruntung atau menjadi pelajaran yang baik untuk sebagian milenial lainnya.
Dikatakannya kepada saya, semakin tinggi ijazahnya, ia mengharapkan semakin tinggi juga pendapatan. Fakta di lapangan, perusahaan gak butuh ijazah, mereka memerlukan habit dan skill si personal dalam bekerja. Alhasil, generasi milenial adalah generasi yang keseluruhannya pintar, tapi susah dapat kerja. Boleh setuju boleh tidak.
Cita-cita?
Pernah tanyakan apa cita-cita generasi ini dulu sewaktu tingkat SD? Coba tanyakan ke beberapa teman perempuanmu yang generasi milenial. Sebagian mereka pernah bercita-cita menjadi power Ranger Pink. Yang lelaki mentok-mentok jadi Ranger Merah, Spiderman, bahkan Batman.
Semakin naik kelas cara berpikirnya mulai sedikit realistis, kepingin jadi Presiden, wuih keren, cuk! Jadi Astronot, Pilot! Jadi Polisi! Keren dong. Cita-cita ini kian mengerucut saat dia SMP.
SMA: ketika ditanya, apa cita-cita? Berpikirnya sudah mulai realistis, gaes. Jawabannya bisa jadi: Kerja di Bank. Dan itu jauh sekali menurun dari cita-cita SD sebagai presiden. Mungkin karena kebanyakan lihat muka SBY di tivi dan ngantuk mulu, atau lihat Jokowi dikatain mulu, kayak nggak sanggup.
Tunggu aja gedean dikit, cita-cita semakin realistis. Maunya jadi PNS, dan ini kan yang diharapkan para sebagian orangtuanya yang berada di kelas generasi X. Tanyakan ke beberapa pengennya kerja di kantor. Semakin bertambahnya umur, pemikiran mereka semakin realistis, soal cita-cita akan beralih kepada profesi, beralih ke kerja, beralih ke jadi apa aja yang penting kerja. Ujung-ujungnya, sebagian generasi milenial tidak memunyai pencapaian/goals yang tepat. Pun seandainya keinginannya mentok jadi PNS/pegawai/karyawan, ya udah. Udah tercapai ya sudah. Kayak berada dalam kotak zona nyaman.
Generasi Z
Saya tidak bisa membeberkan terlalu banyak generasi Z. Singkatnya, mereka sudah pegang smartphone di masa anak-anak. Mereka tak seperti generasi milenial yang pernah mendapati Hormone Dopamine pada permainan layangan, sepakbola, atau tali karet.
Kini, efek Hormone Dopamine yang dirasakan generasi Z lebih membahayakan dari heroin. Kalau anda sebagai pembaca pernah bertemu anak kecil dan bertanya apa cita-cita mereka kelak? Anda akan mendapatkan jawaban yang tidak jauh dari selebgram, youtuber, influencer, yang beberapa gelar itu sudah erat pada generasi milenial. That’s’it.
***
Alhasil, kita begitu punya banyak waktu untuk mewujudkan apa pun selamat hidup. Dan tetap realistis. Generasi milenial menjadi kekuatan yang kelak mampu mengontrol masa depan. Masa depanmu, masa depan mereka, masa depan kalian, atau masa depan kita.
Terlebih lagi, generasi milenial di tahun ini menjadi penentu pemimpinnya se-Indonesia. Betapa tidak 34,2 persen dari total 152 juta pemilih adalah generasi milenial. Apakah, anda-anda termasuk di dalamnya! Artinya, anda adalah penentu, memunya kekuatan akal untuk menentukan masa depan semua kalangan. Gunakan sebaik-baiknya.@