YUP! Setiap cobaan yang datang akan disertai kebaikan di belakangnya. Demikianlah kira-kira apa yang dialami Point Culture ketika awal merintis pada 3 Januari 2020. Usaha kedai kopi yang berlokasi di Mingguraya Banjarbaru tersebut baru saja dimulai dan langsung disapa virus covid-19. Pemerintah Banjarbaru memutuskan untuk melakukan pembatasan kegiatan masyarakat demi menekan turunnya angka penyebaran covid-19 di kota Banjarbaru.

Saat itu para pengunjung tidak boleh makan dan minum di tempat, sementara mayoritas pelanggan Point Culture ingin menikmati kopi sambil bercengkrama, berbagi, diskusi di lokasi bukannya membawa pulang ke rumah. Kurang lebih 3 bulan, Point Culture pasang surut. Sementara pemasukan sangat berkurang dan gaji karyawan kala itu harus mengalami pemotongan.

Pertengahan tahun tepatnya bulan Juli 2020 omset Point Culture perlahan naik dan mendekati angka stabil. Di titimangsa ini, orang-orang seperti didera pandemi kafe. Betapa tidak? Banjarbaru mendadak menjadi kota ratusan kafe. Orang-orang yang dulunya diimbau untuk bertahan di rumah dengan demam tanaman daun hias lalu keluar rumah seperti menikmati kebebasan lewat nongkrong ke kafe-kafe.

FILOSOFI POINT CULTURE

Point Culture kalau diartikan secara leksikal adalah titik budaya. Istilah ini selaras dengan kota Banjarbaru yang telah lama menjadi persilangan budaya, terbuka akan banyak hal, sekaligus moda kreativitas. Menilik logo Point Culture yang identik dengan sepasang daun bermahkota. Menanggalkan delusi yang ada di kepala, mahkota tersebut serupa hurup P. Imajinasi dari kelopak daun–bisa saja berkecambah dan perlambang tanaman; daun kopi kecil.

Lingkaran yang memeluk huruf c kecil dan titik adalah eksistensi harapan. Lingkaran melingkupi culture (budaya) dengan titik temu. Pertemuan yang menautkan banyak hal, aktivitas, ragam, dan corak menjadikan Point Culture sebuah wahana cum medianya.

Demikian dengan suguhan yang Point Culture tawarkan, berbagai jenis kopi ada di sini. Apa yang membedakan Point Culture dengan kafe lain? Sebagai pecinta kopi, Anda wajib mencobanya!

PEMILIK POINT CULTURE

Adalah Ades Tri Hastuti, perempuan belia kelahiran Danda Jaya, Barito Kuala pada 27 Desember 1993. Keseharian yang bersahaja, ramah, sedikit bicara dan selalu menebarkan senyum kepada siapa saja membuat Ades sapaan akrabnya disukai banyak orang.

Usaha yang dirintisnya dua tahun terakhir ini bukanlah yang pertama. Pengalaman dan jalan hidup telah menempanya menjadi perempuan kuat dan bertalenta. Ades merupakan alumnus JPOK FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

Tahun 2013 tepatnya menjelang Porprov di Kab. Banjar Ades diarahkan oleh guru SMAnya yaitu Bapak Balya Mulkan untuk mengikuti pelatihan wasit sepak takraw tingkat provinsi. Kemudian 2015 mengikuti pelatihan tingkat Nasional di Jakarta. Aji mumpung, Ades diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan tingkat Asean tahun 2017 di Palembang yang saat itu menjelang ASEAN Games. Bahkan PON Papua 2021 Ades diberi kepercayaan mewakili Kalimantan Selatan untuk memimpin cabor sepak takraw.

Facebook Comments