SERIBU GAMBAR
bahkan seribu gambar
dalam lembar album itu
telah kulupa tajuknya
karena selalu wajahmu
yang dulu mampir
lalu diempas badai
: serpihan
AKULAH AIR
jika hutanhutan dihilangkan
tanah digali jadi kubangan
ke mana aku istirahat kalau tidak
ke kampung dan kota. masuki rumahrumah
ingin berdiam di sana sebab lelah oleh perjalanan
jauh – dari bukit tinggi, dari sungai
menyusuri ke paling rendah: rumah atau jalan
kota yang pikuk
“akulah air, takdir untukku adalah
mengalir. dan kau membuka jalanku
itu bukan ke pantai, namun
ke kampungkampung. kurendam
rumah di situ.”
jika hutanhutan kauhabisi, tambang kaugali
lalu dibiarkan lubang menganga, aku cari tempat lain
untuk istirahat. untuk jalanku penghabisan:
rumahrumah kurendamkan, jalanjalan kujadikan
laut. kalian kedinginan! “tapi, siapa yang merusak hutan
dan menggerusi tambang: di mana mereka kini
saat orangorang menangis gigil dan kehilangan
yang dipunyai?”
aku ingin menenggelamkan mereka juga,
sebab aku mengalir jauh kerena tangannya