RAMBUT TERBAKAR DI JALAN-JALAN
sekejap musim mengelupas
bongkah-bongkah daging menatap ngilu
segenap ranjang berubah kuburan
sprei tak sempat kusut sebab geliat birahi
menguap diburu sekarat
di luar kamar setiap lelaki sibuk berteka-teki
tentang gerimis yang jadi api hanguskan bilik-bilik mempelai
setiap perempuan sibuk mencari mawar-mawar pengantin
yang gosong hangus oleh kutukan nasib
ulat batal jadi kepompong
bibir-bibir gemetar bisu
telunjuk menuding-nuding dendam
orang-orang berlarian lintang-pukang
rambut-rambut terbakar di jalan-jalan
tak sempat jadi uban
bau anyir. bau sangit formalin terbakar
hangus meleleh di mulut-mulut gang
mengabarkan: derap malaikat ajal dengan taring menyala
doa-doa mengambang seperti planton
: air mata menangisi nasib yang kejang di salib di altar!
BALIHO CELENG
Inilah pesta. Siapa yang akan membacakan sambutan? Ada potret-potret besar menyeringai, di ruas-ruas jalan berbaris bagai devile para serdadu kelaparan. Siap grak! Seruduk kiri, seruduk kanan, buk.buk! Nyanyikan marsmu sambil geyal-geyol, dreng ndrendeng drendeng barisan celeng cari srundeng, dreng drendeng barisan celeng glelang-gleleng. Bus lalu lalang melambaikan tangan kepada para ratu adil.
: Coblosan-coblosan! Pesta-pesta! Dor, dor, dor kembang api meledak bersama granat.
Maka para celeng pun berbaris megal-megol berdesak-desak antri di salon.