DIDOMINASI warna putih, berpenerang warna hangat lampu, ruang utama Rumah Oettara terasa nyaman menenangkan layaknya menyambut ketika kita pulang. Sebelumnya, ketika pintu geser kafe kita buka, tepat di hadapan ada meja barista. Kita bisa memesan terlebih dulu menu yang tersedia, lalu memilih tempat duduk di ruang tengah itu, ada satu set sofa, juga meja-meja dengan hanya dua kursi.

Tidak ada hiasan mural di dinding seperti kebanyakan kita jumpai pada kafe  lain. Di ruang utama itu hanya ada sebuah rak tempel berisi buku-buku, dan tiga alat musik panting tergantung sejajar. Di beberapa sudut, terdapat pot-pot kecil putih dengan tanaman hias jenis palam. Suara musik instrumental sayup-sayup semakin memberi kesan tempat ini memang benar-benar memberikan kenyamanan sebuah rumah.

Feels like home,” ucap Novyandi Saputra, pemilik Rumah Oettara, terletak di Jl Putri Junjung Buih, No.20, Kelurahan Komet, Banjarbaru yang baru dibuka pada Jumat 14 Januari 2022 lalu.

Konsep rumah ini sengaja dihadirkan Novy mengingat bangunan yang ditempatinya merupakan sebuah rumah bergaya lama tahun 1970an.

“Jadi, ini bukan rumah yang diubah bentuk menjadi kafe. Tapi benar-benar rumah untuk ngopi. Makanya tidak ada hiasan mural dinding atau penataan meja kursi layaknya kafe-kafe lain,” jelas Novy.

Beberapa ruang atau kamar memang telah dijadikan tempat ngopi, termasuk juga disediakan ruang meeting dengan meja panjang dan banyak kursi. Selain pula disediakan area smoking di tempat terbuka, terpisah dari ruang dalam rumah.

Menu yang ditawarkan sama seperti umumnya kafe-kafe kekinian. Namun, ada beberapa jenis menu berbeda yang menjadi ciri khas Rumah Oettara.

“Ada Si Kacil Mulik dan nasi goreng kampung,” sebut Novy.

Si Kacil Mulik adalah kopi tubruk hitam. Namun agar tetap menyesuaikan lidah orang Banjar yang suka manis, didampingi dengan roti beras khas Banjar. “Kita tahu, hampir semua kafe menawarkan menu yang sama. Kalau tidak v60, vietnam drip, americano, dan umumnya adalah kopi susu. Nah, kami tetap ingin menghadirkan kopi tubruk asli kampung yang kami beri nama Si Kacil Mulik,” jelas Novy.

Untuk nasi goreng kampung, Novy punya cerita tersendiri. Menurutnya, nasi goreng ini warisan dari almarhum ibunya di kampung Barikin, Hulu Sungai Tengah. “Mama dulu di rumah sering bikin nasi goreng dengan irisan-irisan telur dan kerupuk sedang ukuran telapak tangan. Sekarang diteruskan oleh istri saya, dan kami hadirkan di Rumah Oettara,” katanya.

Hal lain yang sedang dipersiapkan Novy, yakni menjadikan Rumah Oettara sebagai Art Space.

Sebagai seniman musik tradisi, Novy ingin menjadikan Rumah Oettara tidak sekadar tempat nongkrong ngopi, tetapi juga menjadi ruang bagi idealisnya terhadap seni, budaya, dan sastra. Ia tengah merancang dan mempersiapkan bentuk kegiatan yang bisa ditampilkan di Rumah Oettara.

“Dalam waktu dekat, Sabtu (22/1/2022) malam akan digelar pemutaran film Dialog Kuliner bekerjasama dengan LK3 (Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan) Banjarmasin,” ujarnya sambil menggeraikan rambut gondrongnya.

Ke depan, Novy ingin menjadikan Rumah Oettara sebagai ajang pameran lukisan, peluncuran buku, pembacaan karya sastra, serta kegiatan pelatihan penulisan. “Nanti kita akan menjadikan Rumah Oettara sebagai ruang seni, art space berbagai seni dan sastra,” cetusnya.

Di tengah menjamurnya kafe-kafe, Novy beranggapan bisnis kopi masih cukup menjanjikan. Sebelumnya, Novy memang pernah membuka kafe Oettara di Banjarmasin, tepatnya di Kampung Buku. Setelah kontrak tempat satu tahun selesai, ia memilih untuk pindah ke Banjarbaru. Selain memang lebih dekat dengan tempat tinggalnya, juga ia melihat Banjarbaru cukup potensial untuk bisnis ini.

“Bisnis kafe adalah bisnis jangka panjang. Tidak cukup satu atau dua tahun. Terjun ke bisnis ini tidak hanya sekadar latah atau ikut tren aja. Tetapi memang harus benar-benar dipikirkankan manajemennya,” ujarnya. Meski diakuinya, banyak juga para pebisnis kafe hanya sekadar hobi atau ikut tren agar terlihat keren.

Ditanya apa yang membuat orang mau datang ke suatu kafe tertentu, Novy menyebut yang paling utama adalah kenyamanan tempatnya. “Dan Rumah Oettara adalah tempat yang nyaman, layaknya rumah sendiri. Maka, datanglah ke sini,” tandasnya.@