SEBUAH PENGINAPAN DALAM TUBUHKU

rinduku adalah penduduk lokal yang sudah kehilangan rumahnya, sementara luka ialah turis asing yang tak berhenti bertanya padaku mencari sebuah penginapan.

sepi tempat wisata bagi seluruh kata-kata. kubiarkan kata-kata berlibur menikmati akhir pekan sebelum kembali ke kantor sajak dan puisi.

patah hati lagi; kata-kata kembali bekerja, luka sudah menemukan tempat peristirahatan dalam tubuhku, rindu pejalan kaki yang belum menemukan rumahnya.

(2021)


MENGUMPULKAN KESEDIHAN

aku ingin orang-orang yang melintas di depan rumahku menjatuhkan sebanyak-banyaknya kesedihan. saat jalanan mulai lengang aku akan mengumpulkan kesedihan-kesedihan mereka.

di dalam kamar aku mendaur ulang kesedihan mereka menjadi hiasan dinding, aksesoris, kantong belanja, furnitur rumah, peralatan makan, miniatur kota lengkap dengan segala hiruk pikuknya, mainan anak, gaun pernikahan, dan lain sebagainya demi keramahan lingkungan.

karena jika kesedihan mereka dibiarkan berserak di jalanan dan menyumbat lajunya air di selokan maka jika musim penghujan tiba; entah seberapa besar kesedihan menenggelamkan kita.

suatu malam, kau mengetuk pintu rumahku dan aku sedang sibuk merajut helai kesedihanmu yang ringkih sebagai selimut, baju hangat, atau syal untuk menghangatkanku bila suatu saat kesedihan deras menghujaniku.

(2021)


SECANGKIR MUSIM

tak terasa, kita telah menghabiskan secangkir musim. langit mulai senja. aku melihat diriku kesepian, terbenam dalam malam.

awan berarak dari langit menuju tepian matamu. Membawa hujan, dan kenangan kita.

hujan yang jatuh ke bumi; sebagian adalah rindu yang menguap dari tubuhku, kekasih.

(2021)