Kegiatan diskusi buku Sebab Kita Semua Gila Seks akan berlangsung pada sabtu, 12/3 pukul 19.30 WIB di ruang zoom akan dikupas oleh 2 pembicara yaitu dr. Dewa Sahadewa, Founder RSIA Dedari Kupang dan Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Konsultan Seksologi dan Anti Aging Madicine-Udayana.
Diskusi buku karya Ester Pandiangan yang berjudul Sebab Kita Semua Gila Seks akan dimoderatori oleh Yose S. Beal.
Dalam catatan singkat sang moderator yang dikirimkan secara istimewa kepada tim redaksi bahwa fenomena yang ada di masyarakat dalam sistem kapitalis saat ini, di mana segala sesuatu tolak ukurnya itu adalah material atau modal. Maka gender dan seksualitas menjadi semacam “alat” agar sistem kapitalis itu dapat beroperasi.
Sebagai contoh adalah acara televisi, penilaian acara TV yang berhasil itu manakala acara yang ratingnya tinggi, rating tinggi artinya jumlah penonton banyak, jumlah penonton banyak berarti iklan banyak, iklan banyak berarti pemasukan banyak, pemasukan banyak berarti material terkumpul alias modal kembali dan bahkanbertambah. Fakta ini menunjukkan bahwa acara TV yang mengeksploitasi gender dan seksualitas memang mampu membuat rating meroket. Salah satu cara memang, jadi untuk bisa seperti itu maka tak jarang isu gender khususnya perempuan dans eksualitas menjadi unsur yang penting, artinya penting “selalu menjadi sebuah komoditi”.
Ester menurut pelari cum penyuka puisi ini, dalam bukunya mengungkap eksploitasi laki-laki, perempuan dan seksualitas. Ada satu subbab yang Ester beri judul “Cara Menjadi
Perempuan Kurang Ajar” itu fakta yang terjadi di masyarakat, pemahaman eksploitasi
yang berkembang di masyarakat.
Di bab lain ada juga judul yang khusus menyoroti kaum pria, yaitu “Laki-Laki dan Obsesinya Pada Ukuran”. Feminis Gayle Rubin menyampaikan pendapat: Sistem seks atau gender adalah suatu rangkaian pengaturan yang digunakan oleh masyarakat untuk mentransformasi seksualitas biologis menjadi produk kegiatan manusia, sehingga sebenarnya antaraseks dan gender itu berbeda namun juga memiliki kesamaan dalam hal basis biologis.
Pada seks dan keduanya merupakan konstruksi sosial.
Dalam kajian budaya seks dan gender dapat dilihat sebagai konstruksi sosial secara intrinsik terimplementasi dalam persoalan-persoalan representasi. Sehingga seks dan gender lebih merupakan persoalan kultural ketimbang alam meski ada juga pemikiran feminis yang menekankan pada perbedaan esensial antara laki-laki dan perempuan, namun kajian budaya cenderung mengeksplorasi gagasan tentang karakter identitas seksual dan spesifik secara historis.