Hari lahirnya Wage Rudolf Soepratman pada 9 Maret 1903 ditetapkan sebagai Hari Musik Nasional. Pencipta lagu kebangsaan Indonesia “Indonesia Raya” ini dikenal tidak hanya sebagai komponis, tetapi juga sebagai guru dan wartawan.

Tentunya, insan musik tanah air tak mau ketinggalan dalam selebrasi yang dirayakan bareng setahun sekali ini, termasuk para musisi di Banjarbaru baik tradisi maupun kontemporer. Berlokasi di Panggung Bundar Mingguraya Mingguraya, pada malam 9/3 musik tradisi Banjar yang mengedepankan gamelan Banjar memecahkan suasana.

Dewan Kesenian Kota Banjarbaru bekerjasama dengan Akademi Bangku Panjang Mingguraya didukung pelaku musik Banjarbaru menggelar syukur Hari Musik Nasional dengan tema Warisan Bunyi Semesta

Foto: dok Yani Makkie (credit/fb/yani makkie)

Dalam Sambutan Ketua Harian Dewan Kesenian Banjarbaru, Yani Makkie sangat beryukur dan berterima kasih kepada semua yang terlibat, “Kegiatan Hari Musik Nasional ini sangat spontan. Tidak ada rencana khusus sebelumnya,” paparnya kepada asyikasyik selesai acara.

“Alhamdulillah, dengan mengusung gamelan Banjar sebagai warisan budaya kita, diharapkan kekayaan budaya Banjar lewat musik bisa terus dilestarikan,” jelas Yani Makkie yang juga Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata.

Lain halnya dengan OBO Music School Banjarbaru merayakan Hari Musik Nasional dengan merilis sebuah soundtrack https://youtu.be/kQuxRJb3mCI yang berjudul Takkan Ada Puisi Lagi. Kolaborasi Yusda Permana dan Paula Carolina di dalam suguhan ini mengajak penonton untuk menyelami palung hati manusia. Tentang puisi dan nasibnya dalam genggaman.

Konon, selain olahraga yang menyatukan manusia di dunia adalah musik. Selamat Hari Musik Nasional, guys!@