Sedia payung sebelum hujan

Siapkan waktu untuk datang

DIPASTIKAN kota Banjarbaru akan kebanjiran sastrawan akhir November 2018 nanti. Bayangkan, bila saja 240 lebih penyair yang puisinya terpilih dan termuat dalam buku antologi Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2018 itu semuanya datang. Itu belum ditambah sastrawan dari Kalimantan Selatan sendiri, yang bukan bagian dari penyair yang puisinya ikut termaktub di dalam buku anologi. Ditambah lagi para panitia dan volunteer acara.

Sebaiknya tidak usah dibayangkan memang. Sudah biasa juga acara sastra selalu ramai, terutama bila melibatkan para penyair—yang di negeri kita ini tidak kurang-kurang jumlahnya.

Sebaiknya, mari kita tilik siapa dan ada apa aja di Rainy Day.

Baik. Panitia telah menyerahkan daftar atau susunan acara akhir tahunan (musim hujan) yang baru dua kali dilaksanakan ini. Ada sejumlah nama dan banyak acara yang siap digelar.

Memang, secara resmi acara dimulai pada 30 November sampai 2 Desember 2018. Namun, panitia rupanya telah mempersiapkan semacam acara pendahuluan. Misalnya, pada Rabu 28 November ada acara “AdjimAriadi in Archive” yang akan berlangsung di Perpustakaan Banjarbaru dari puku 08.00 – 16.00 Wita.

Hari berikutnya, Kamis 29 November, digelar “Tribute to Forum Penyair Muda 8 Kota” Se-Kalsel bersama penyair MickyHidayat, bertempat di Kupi Datu, pukul 20.00 – 22.00. Selanjutnya, di tempat yang sama, diteruskan dengan “Conversation on Film Industryin Banua with Agus Makkie” hingga pukul 24.00.

Bagi yang datang duluan di Banjarbaru, bisa aja mengikuti acara-acara itu.

Sementara pada Jumat 30 November, panitia telah menyiapkan penyambutan kepada para peserta Rainy Day semenjak pagi. Mereka yang datang dari luar Banjarbaru akan diterima atau diarahkan ke Mingguraya (MGR), yang sejauh ini memang telah menjadi tempat kumpulnya seniman. Di tempat ini juga, selain melakukan registrasi, para penyair yang datang sudah akan melakukan pemanasan dengan membaca puisi di sudut MGR bertajuk “Aku Sudah Baca Puisi di Minggurya”.

Lewat siang, akan digelar “Percakapan dengan 3 Penyair pilihan Kurator” (Binhad Nurrohmat, Julaiha S, dan Dinny Rahma), dan “Percakapan dengan 3 Pemenang Promising Writer” yakni Faidi Rizal Alief dengan buku antologi puisi Pengantar Kebahagiaan, Isbedy Stiawan ZS buku kumpulan puisi Di Alun-Alun Itu Ada Kalian, Kupu-Kupu, dan Pelangi, dan Tjak S. Parlan lewat buku kumpulan cerpen Kota yang Berumur Panjang, bertempat di Perpustakaan Banjarbaru, hingga pukul 16.00.

Malamnya, digelar acara pembukaan. Bertempat di street stage MGR, para undangan dan penyair akan berkumpul. Dijadwalkan acara dibuka oleh Walikota Nadjmi Adhani, dan ada pembacaan puisi oleh Gubernur Sahbirin Noor yang sudah dikenal menyukai membaca puisi.

Di acara pembukaan itu juga dimeriahkan penampilan band asal Bali; Dialog Dini Hari. Agak malam dilanjutkan dengan “DiskusiTengah Malam” membicarakan “Antologi Puisi: Ideologi Ibu dan Baju Koyak” karya Irawan S. Wiraatmaja bersama Jamal T. Suryanata.

Pagi Sabtu 1 Desember, mulai pukul 06.00 ada “Seremoni Penanaman Pohon” di Kebun Raya Banua. Dilanjutkan, pukul 08.00 digelar “Workshop Musikalisasi Puisi” oleh Devie Komala S di Kindai Sastra milik penyair Ali Syamsudin Arsi.

Agak siang, pukul 10.00 – 12.00 dilangsungkan konferensi sesi I bersama para penulis perempuan Kalimantan Selatan; NailiyaNikmah, Miranda Seftiana, dan MeutiaSwarna Maharani di Aula Gawi Sabaraan. Selanjutnya, pukul 13.20 – 16.00 masuk konferensi sesi II bersama Wacana Minda, Kang Myoung Sook, Joko Pinurbo, dan Faisal Oddang. Masih di tempat yang sama, pukul 16.30 -18.00 lanjut sesi III menghadirkan Putu Fajar Arcana dan Mustafa Ismail.

Malam harinya, mulai pukul 20.30 – selesai dilakukan Pelancaran Antologi Puisi “Skyful of Rain” – Malam Puisi: Parade Baca Puisi bertempat di Hutan Pinus.

Hari terakhir, Sabtu 2 Desember dilakukan kembali Seremoni Penanaman Pohon di kawasan Masjid Agung Banjarbaru. Dan pada pukul 10.00 – 12.00  digelar acara “Berpuisi Bersama Penyair Aan Mansyur” (Puisi dan Diskusi) bertempat di Hutan Pinus. Sampai kemudian acara diakhiri sore hari dengan “Farewell Party: Mangawah”.

Begitulah keseluruhan acara yang disusun panitia. Usai acara penutupan sore hari dengan “Farewell Party: Mangawah”—mengawah adalah kegiatan masak-memasak, tradisi masyarakat Banjar yang melibatkan banyak orang secara gotong royong, para peserta memiliki waktu bebas. Dan bila tidak langsung terbang pulang malam hari itu ke kota atau negara masing-masing, bisa diisi dengan jalan-jalan ke Martapura dan Banjarmasin yang jaraknya relatif dekat dari Banjarbaru. Bila tidak, ya bisa lanjut diskusi atau ngobrol bebas dan lepas di Mingguraya.

Semoga tak terlalu banyak hujan saat acara berjalan. Bila pun hujan, bukankah ada payung untuk berlindung? Dan bukankah hujan juga bisa membuat kita saling dekat, mencari hangat?@