“Pikirkan yang orang belum bermimpi, kerjakan yang orang belum terpikir.” Demikian kredo kecil, motivasi diri seorang Iberamsyah Barbary dalam mengarungi dunia penulisan. Ia selalu menantang dirinya untuk membuat hal baru yang belum pernah orang lain buat.

Terlahir di Kandangan, Kalimantan Selatan pada 2 Januari 1948. Iberamsyah Barbary yang senang menulis puisi sejak di bangku SMP dan kerap sajaknya mengisi majalah dinding di sekolah. Iberamsyah muda sudah berkesenian dan bergabung di LESBUMI Banjarmasin hingga tahun 1970-an.

Terhenti menulis selama 30 tahun karena kesibukan pekerjaannya sebagai regional manager pada sebuah BUMN, dan aktif kembali menulis tahun 2008 di masa purna tugas, hingga sekarang.

iberamsyah (75 tahun) telah menulis 12 buku, berupa kumpulan puisi, cerpen, pantun, gurindam, dan novel

Pa Bram sapaan akrabnya adalah salah satu penerima Hadiah Seni bidang Sastra dan Anugerah Budaya Gubernur Kalimantan Selatan, Anugerah Sastra Wali Kota Banjarbaru, Anugerah Sastra dari Lembaga Kesultanan Banjar dengan gelar keagungan “Datu Astaprana Hikmadiraja”.

Pada Agustus 2021, buku kumpulan pantunnya yang berjudul Serumpun Pantun Kehidupan mendapat penghargaan sebagai Buku Terbaik II tingkat nasional oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Iberamsyah Barbary.

Iberamsyah Barbary bersama Piala Anugerah Buku Pantun Terbaik II di kediamannya, Jln. Padang Komplek Banjarbaru Permai

Buku Serumpun Pantun Kehidupan sendiri merupakan buku pantun rima perkata yang menjadi salah satu jenis pantun yang tersulit saat ini dan banyak yang belum mengenal jenis pantun tersebut.

“Pantun ini pernah hits zaman dulu, dan memilik filosofi yang tinggi. Jadi melalui buku ini saya ingin baik guru atau anak-anak tidak hanya tau jenisnya. Mereka juga bisa memahami isinya dengan baik” ujar kakek enam cucu tersebut kepada asyikasyik.

Sejumlah koleksi buku Iberamsyah Barbary di ruang kerjanya

Pantun rima perkata sendiri merupakan pantun yang jarang dibuat orang karena sulit dalam menentukan rima, sehingga orang jarang secara utuh membuatnya, yaitu pantun rima perkata.

“Karena di tulis sebagaimana puisi modern pakai judul atau tema, maka jadilah pantun tematik,” jelasnya.

Berbeda dengan seperti puisi modern, Iberamsyah menjelaskan alur tutur bersambung dan isi kandungannya harus tuntas mengupas tema, dan hingga para pembaca gampang memahami isi. Sehingga ada satu buku pantun dan satu buku ikhtisar yang menjelaskan makna perkata yang berjudul: “Membuka Jendela Pantun Kehidupan”.

“Buku itu isinya merupakan ikhtisar dari isi buku Serumpun Pantun Kehidupan dan diuraikan setiap larik baik sampiran maupun isi.” Pungkasnya.

Sebelumnya ia sudah membuat buku Pantun Sejarah Riung Negeri Banjar, yaitu sejarah Banjar sejak era agama Hindu (Negara Dipa dan Negara Daha), era masa peralihan Kerajaan Hindu ke Kesultanan Islam, keruntuhan Kesultanan Banjar, Perang Banjar, hingga tragedi tenggelamnya kapal perang Onrust.

Buku ke-12 Iberamsyah Barbary

Adapun buku mutakhirya Kumpulan Bersambut Pantun: Membaca Nusantara Lewat Sastra (2022) yang berisikan pantun bersambut antara guru dan murid. Guru bertanya dan murid menyambut. Buku ini adalah pantun tematik mengenal Indonesia dari seluruh provinsi lewat sungai, gunung, dan danau.

Lewat buku ini pembaca disuguhi bait-bait pantun (bersambut) guru dan murid yang dibangun lewat rima berpeluk, sampiran dan isi saling berkait membentuk puitikanya sendiri. Seperti contoh berikut ini, yang diambil dari hal. 12 tema sungai di Kalimantan bagian Kalimantan Selatan;

(G)
Buah matoa ada di Gorontalo
Buahnaya enak merah kulitnya
Tahukah ananda Sungai Barito
Di pulau mana ia berada

(M)
Perahu ke hulu melawan arus
Hendak menyeberang lewat jembatan
Berhulu mengalir di Pengunungan Meratus
Sungai terbesar di Kalimantan Selatan

(G)
Pandai berpikir orang bijaksana
Tidaklah ada andai dan gerutu
Sungai mengalir melewati dua kota
Tahukah ananda sungai apa itu

(M)
Mangga muda digarami asin
Kelapa bersantan sudahlah tua
Tentu Martapura dan Banjarmasin
Sebutan orang Sungai Martapura

Devi Farah menerima 3 hadiah buku; Novel Esai “Bangku Panjang”, Pantun Sejarah “Riung Negeri Banjar”, dan Kumpulan Pantun “Bersambut Pantun, Membaca Nusantara Lewat Sastra”

Facebook Comments