DI TENGAH rintik hujan, aktor yang memerankan Nyonya Martopo menodongkan pistol laras panjang ke wajah lelaki yang berperan sebagai Bilal, penagih utang. Sesaat, sang pembantu turut berdialek dengan Bilal soal sosok Nyonya Martopo yang enggan membayar utang, namun akhirnya mereka ternyata jatuh cinta. Begitulah penggalan kisah dalam naskah drama yang dipertunjukan oleh Teater Sampan (TS) dalam rangka Pentas Study 2 di Misbar Taman RTH, Kota Banjarbaru.
Pentas kelompok teater dari SMA 2 Banjarbaru ini merupakan pertunjukkan bagi anggota muda yang dipanggungkan setiap tahunnya. Teater Sampan mengusung tema bertajuk, “Suara Wanita Di Bulan Maret.”
Dalam pentas ini memanggungkan 2 naskah teater, yaitu Ayahku Pulang karya Usmar Ismail yang disutradarai oleh Sitta Shauma Afiaty Zairin dan Nurul Mutawadi’ah dengan aktor; Gustav, Rizal, Nazwa, Dena, Salsa. Kemudian, pementasan pada hari kedua, yaitu Orang Kasar karya Anton Chekov yang disutradarai oleh Indah Widhi dengan aktor; Rayla, Ihsan dan Anin.
“Kisah teater ini berlatarkan tentang perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya yang brengsek, namun tetap dipertahankannya. Alkisah bahwa ternyata wanita itu bisa setia,” ucap Sutradara Teater, Indah Widhi Pramesti kepada Asyikasyik.com, pada Sabtu (4/3/2023) malam.
pementasan 2 naskah teater mendapat apresiasi dari disporabudpar kota banjarbaru
Dan suatu ketika, Indah menceritakan Nyonya Martopo baru menyadari bahwa kepergian suaminya meninggalkan hutang-piutang, dan penagihnya bernama Bilal yang terus mendesak, bahkan menimbulkan kegelisahan dalam hidup Nyonya Martopo. Dalam penggalasan kisah, Nyonya Martopo tak memiliki uang kontan untuk membayar langsung, sebab bendaharanya ke luar kota.
“Namun, sejak awal bertemu bahwa tatapan sang mandor, Bilal menyukai Nyonya Martopo. Setiap lirikannya ketika menagih utang,” ungkap Indah.
Tetapi, menurutnya sosok Nyonya Martopo memiliki kecerdasan dan komitmen yang tinggi, sehingga dirinya sebagai perempuan tetap setia walau ditinggal mati oleh suaminya yang brengsek. Sebenarnya, Indah mengungkapkan Bilal memiiki karakteristik yang gagah dimata Nyonya Martopo namun disadarinya jiwa penagih itu kasar.
“Nyonya Martopo memiliki perkebunan kopi yang dikelolanya di Malang, Jawa Timur. Dalam naskah teater ini ada beberapa tokoh yang berperan sebagai Sri Widiati (Nyonya Martopo), Bilal (Penagih), Darmi (Pembantu), dan endingnya malah jatuh cinta,” tutur Indah, perempuan berkerudung hitam itu.
Kata Indah, rata-rata pemeran naskah dalam teater ini merupakan siswa kelas 10 sebagai anggota muda di Teater Sampan. Dalam tantangannya, dia menyebut cuma menyatukan ego antar anggota yang memiliki keragaman karakter.
“Apalagi menyatukan lima kepala, termasuk Asisten Sutradara (Astrada). Dan akhirnya, hari ini berhasil. Tak sia-sia, mereka latihan selama 2 bulan,” ungkap Indah, bersyukur.
Teater Sampan, Cetak Seniman Muda
Jelang pentas, Joey Malvin Saktiadji selaku Pimpinan Produksi (Pimpro) Teater Sampan saat ditemui Asyikasyik di depan Misbar Banjarbaru mengaku membawa 2 naskah teater yang digelar oleh anggota muda, yaitu Ayahku Pulang karya Usmar Ismail dan Orang Kasar karya Anton Chekov. Dalam dua cerita yang berbeda, dia menginginkan para anggota muda dapat mengembangkan dirinya dalam pentas ini, sehingga mereka mampu belajar menjadi sutradara dan aktor-aktornya.
“Dua sutradara yang berbeda, jadi garapannya dilakukan oleh orang-orang yang tak sama. Dan mereka berhasil memerankan kisahnya itu,” ucap Joey, tersenyum.
Dalam kisah, Joey menceritakan bahwa cerita sosok Ayah yang meninggalkan keluarganya berpuluh tahun silam, sehingga sang anak tidak merasakan sosok ayahnya sendiri. Ketika ayahnya pulang, dia menyebut anaknya itu enggan menerimanya lagi hingga akhirnya pergi tak kembali selamanya.
“Jadi, ini pentas terakhir mereka mengangkat naskah drama berjudul Orang Kasar karya Anton Chekov asal Rusia, kemudian disadur oleh WS Rendra. Genre komedi satir, seorang Nyonya Martopo yang ditinggal mati oleh suaminya dan ternyata banyak utang, singkat cerita mereka malah terikat percintaan,” ucap Joey, alumni mahasiswa Psikologi UMM.
Sebagai pengawas pentas, Joey memperhatikan perkembangan jiwa seni para anggota yang kian meningkat. Terlebih, menurutnya sejumlah pemain telah menguasai panggung yang disutradari oleh siswa kelas tiga, serta diaktori oleh siswa kelas dua dan satu. “Adapun, pentas malam ini. Sutradaranya sudah lulus, namun aktornya kelas satu semua,” ujarnya.
Sejauh ini, Joey mengaku tidak ada kendala dalam pementasan namun selalu pasti ada rintangan yang muncul untuk dihadapi setiap persiapan. Apalagi, dia menyadari kondisi hujan tak bisa diprediksi maka siasat selalu dilakukan agar tetap tampil maksimal.
“Dan pentas studi ini bakal kita adakan setiap tahun, karena untuk anggota muda dalam pembelajaran. Kalau eksistensi kita (Teater Sampan) bakal mengikuti perlombaan dalam festival,” kata Joey, alumni LSO Bell Ba Ba.
Sementara itu, Ketua Umum Teater Sampan, Sitta Shauma Afiaty Zairin mengaku dirinya telah menjabat sebagai pimpinan sejak bulan Oktober lalu. Dalam dunia teater, dia menyelami panggung ke panggung telah setahun lebih dan kini diamanahi sebagai komando dari organisasi sekolah tersebut.
“Ada 30 anggota lebih dari Teater Sampan, dan kami rutin melakukan latihan seni pada hari sabtu pagi di halaman SMA 2 Banjarbaru,” ungkap Sitta.
Seluruh anggota muda, Sitta mengatakan mereka telah terlatih tampil dimuka para senior yang melatihnya. Sehingga, menurutnya mental dalam jiwa seninya telah tumbuh.
“Kita membuat latihannya lebih menyenangkan agar tidak tertekan, kalaupun salah tak apa karena proses. Apalagi saat hujan tadi, mereka nampak enjoy dan profesional tetap menjalankan adegan,” tandasnya.@