Jadi, Banjarbaru itu sebenarnya complex sekali, cuy! Tapi kadang lucu juga. Satu moment, Banjarbaru bisa saja mengklaim dirinya sebagai tolak ukur perkembangan musik indie, misalnya. Atau ranah perclothingan yang sedang kami geluti, terus juga, sebagai kota yang menjadi indikator perkembangan ranah persastraan dengan perpuisian serta semangat literasinya. (kamu bisa searching sendiri klaim-klaim seperti ini di media mainstream kita), Agenda keseniannya banyak sekali. Harian, bulanan, tahunan. Dan gak sedikit juga, kan, penyair-penyair “bergigi” tinggal di kota ini. Begitu juga para penulis yang karyanya bukan main. Termasuk pemimpin redaksi asyikasyik.com yang juga novelis banua. Asyiap, (Semoga yang bersangkutan membacanya sambil tersenyum saja).

Perkembangan kesenian dan kebudayaan begitu diagung-agungkan di kota ini. Bahkan dewasa ini, industri kreatif yang… saya kira eksistensi dan publikasinya jor-joran sekali untuk menarik perhatian. Perhatian kementrian, perhatian bekraf, perhatian masyarakat umum, perhatian pelaku usaha, dan perhatian para mantan.

Suatu siang, kami, atas nama asyikasyik berkunjung ke orang nomor satu di Banjarbaru, Nadjmi Adhani. Siang itu ruangan terima tamu walikota memang sedang dibuka selebar-lebarnya, selain dalam rangka silaturahmi pasca lebaran, ternyata AC ruangan sedang rusak, pantas saja jendela dibuka selebar-lebarnya.

Kami berbincang tetek-bengek perkembangan media. Dari degap-degub media cetak yang masih bertahan, wara-wiri media online yang tumbuh bak jamur di musim cemara, sampai kepada apa, sih, yang betul-betul diinginkan Nadjmi terhadap kota yang berjuluk Idaman.

Beberapa tahun Nadjmi sebagai Walikota, (sebelumnya camat Landasan Ulin, lho, gaes!) ia keukeuh sekali mewujudkan bukti-bukti fisik sebagai daya tarik pariwisata. Sebut saja Kampung Pelangi dan kawan-kawan semisal, Hutan Pinus, Kampung Pejabat, dan lainnya.

Kemudian menabrak risiko-risiko seperti merelokasi pasar (yang ini masih berproses), menutup eks lokalisasi pembatuan, membangun Kantor Kecamatan Landasan Ulin, memindahkannya dari lokasi lama ke lokasi baru. Diiringi dengan puskesmas dan kantor-kantor lainnya yang berkaitan dengan pemerintahan.

Meskipun, perda itu udah ada di tahun 2002, tapi aksi demikian, kan jadi gebrakan, cuy! Iya sih, kita semua tahu, rahasia umum juga, dan banyak berita berseliweran tentang masih adanya pekerja-pekerja yang masih eks-eks gitu lah. But, dengan pembangunan-pembangunan fisik seperti Kantor Kecamatan dan kawan-kawannya, perlahan geliat ekonominya di sekitarnya jadi berubah, kan, ya. Dari yang semula jual tempe, jadi jual kertas. Saran saya, banyakin lagi buka usaha fotocopy di sekitarnya. Saya sempat kewalahan gara-gara satu-satunya fotocopyan yang di depan kecamatan tutup.

Next, Mess L yang katanya eks Markas Tentara Rusia itu kini sudah diplot menjadi ladangnya seni pertunjukan atau kegiatan lain dalam kooridor seni dan budaya. Cukup naiisee,kan? Renovasinya memang belum rampung 100 persen, sih, dan belum ada struktur organisasi yang siap, dan siapa-siapa yang bisa ngurusin, siapa yang melihara, siapa yang nge’ini nge’itu’in. Tapi pada gelaran Rainy Day tahun kemarin, ia sudah klaim, rampungnya bangungan itu sebagai wujud dukungan terhadap pertumbuhan bidang kesenian dan budaya di Banjarbaru.

Kata Nadjmi, jargon tentang Banjarbaru Melayani Berkarakter Bisa-Bisa-Bisa yang jadi yel-yel setiap pagi bagi para ASN cukup efektif membakar semangat. Dan, emang iya, sih, cara-cara begitu berdampak sekali bagi psikologi orang-orang bekerja. Makanya, biasanya, kalau sedang ikutan outbond, sepanjang kegiatan kalian bakalan teriak-teriak mulu buat nyemangatin jiwa-jiwa yang kesepian.

Itu lagi, aset lahan Pemko yang ada di Jl Panglima Batur Barat, meminimalisir perkampungan kumuh malah dibikin Taman Pintar, ada Misbar pula, ada wahana untuk komunitas skate juga. Apa sebenarnya mau Walikota ini? Saya tanyakan hal tersebut kepada beliau, apa lagi yang diinginkannya terhadap kota ini? Sejenak, Nadjmi menarik napas panjang. Memandang kami yang duduk di depannya, lalu berucap:

“Saya mencintai kota ini!” sejenak, ia menahan melanjutkan kalimat itu.

“Saya begitu mencintai Banjarbaru. Saya rasa tak ada kepala daerah yang tak ingin kotanya maju dan berkembang. Semua yang saya inginkan dan lakukan semata-mata karena ingin, Banjarbaru unggul di sejumlah sektor. Atau bahkan semua sektor, kalau bisa semua kenapa tidak. Dan tentu saja kita mengetahui, betapa SDM di Kota ini sangat mumpuni untuk tahapan-tahapan tumbuh kembang beberapa tahun lagi, untuk beberapa tahun berikutnya, sampai menjadi peninggalan kita kepada anak cucu nanti,” bebernya.

Finally, jika boleh saya beberkan, akan ada tempat wisata kuliner lagi di wilayah Wengga Trikora, yang masih dalam perencanaannya. Kata Nadjmi, biar mingguraya nggak satu-satunya menjadi pujasera. Kemudian, pertumbuhan berkonsep Aero City disekiaran bandara yang disambut baik oleh kementrian juga akan terealisasi tak kurang dari 5.000 Hektare yang melingkari Bandara Syamsudin Noor. Tapi, wewenang ini bersentuhan langsung dengan provinsi dan pemerintah pusat. Koordinasi dengan Bappeda sih sudah fix. Kita lihat aja nanti.

Seandainya kalian punya harapan terhadap perkembangan suatu kota, kira-kira apa yang diinginkan, komen di bawah artikel ini ya! Dan itu akan menjadi doa. Saya itu pengen beberin semua tapi kok malah jadinya merasa kebanyakan.

Dan tentu saja, plan demi plan itu gak akan terwujud jika tak didukung oleh para penduduknya, pemegang kuasa, dan orang-orang yang berwewenang di bidang-bidang tersebut. Semoga saja kebaikan selalu meliputi kita semua karena semesta mendukung pikiran-pikiran dari manusia-manusia terpilih. Terima kasih Kopi Selir dan Jaya Plus Pictures telah berbaik hati menyediakan ruangannya untuk saya berbebas-bebas ria menulis ini, next Jaya Plus masuk asyikasyik, ya.

See you!