Diary Anak Kecil
Bumi sedang jeda, jangan ke mana-mana.
Ayah menghibur kami malam itu,
ketika aku bilang aku takut mendengar berita kematian
lalu besok-besok ruang tamu menjadi kantornya
depan tv menjelma ruang kelas
Ibu guru berkunjung lewat ponsel Ibu
menumpahkan seisi ilmu yang tidak ibuku mengerti
hari-hari menjadi aneh bagiku
jam tidur dan jam makan berubah-ubah
ayah lupa hari dan tanggal
kadang rapat tapi belum mandi
aku tidak mengerti apapun
selain cuci tangan pakai sabun
kakak tertawa lalu menangis di depan laptop
pasti sedang menonton drakor
kupandangi masker pemberian tetangga
aku rindu bermain bola di lapangan sekolah.
Banjarmasin, April 2020
Kisah Orang Miskin di Suatu Negeri
Ibu bilang kita jangan ke mana-mana
sebab tampang kucelku membawa penyakit
orang-orang kaya mungkin akan membunuhku
dengan tatapannya yang setajam pisau dapur
Ayah berkata bermainlah di rumah saja
sebab ada yang bilang kemiskinan kami menularkan wabah
di balik jendela, ada yang ketakutan setengah mati
dia tidak tahu kata-kata lebih tajam dari belati
Nyeri perlahan-lahan menjalari seluruh jiwaku
tak peduli risau teman-teman soal kuota yang sekarat
tanganku gemetar menahan lapar
sudah sekian hari tak makan nasi
Indonesia, April 2020
Puisi untuk Ayu
Perjalanan-perjalanan,
pendakian-pendakian
yang pernah direncanakan
masih tercatat rapi di buku harian.
Hanya saja, kadang
yang terjadi tidak selalu seperti yang
kita mau.
Sebagai angin, diam adalah kematian
bagi udara
dan cahaya pelita paling kecil
sekalipun
adalah niscaya dalam kegelapan.
Hari ini, di antara matahari yang
semakin beku, zona merah
yang semakin lebar dan semua
kekhawatiran.
Waktu memahat satu tanggal spesial
untukmu.
Aku percaya, kau tak pernah
kehilangan nyala
Selamat merayakan; selamat mengkhidmati.
#WFH, di jeda mengajar daring
Banjarmasin Utara, 08 April 2020, 09:00 Wita
Jika Kamu Merindukan Aku
Jika kamu merindukan aku
bernyanyilah di puncak meratus
sendiri saja, jangan berkerumun
kelak kembang-kembang kuning merekah
menyambut suka cita
dtingkahi siul burung-burung kecil
Jika kamu merindukan aku
bacalah puisi sepanjang tepian sungai Martapura
sendiri saja, jangan berkerumun
biarkan rumah lanting berayun-ayun
mengikuti irama angin
perahu kecil menari-nari dipermainkan nasib
Jika kamu merindukan aku
pergilah ke peraduan bersama selembar doa
Kita bersua dalam mimpi di ujung malam
sebelum azan subuh membangunkanmu
pada pagi Jumat yang beku
lalu kau setengah marah setengah rindu
karena pintu rumah-Nya tertutup siang itu.
Banjarmasin, April-Mei 2020