LEMBAGA Kajian Islam dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kalimantan Selatan dan Vihara Dhammasoka Banjarmasin menggelar diskusi bertajuk “Moderasi dan Kemerdekaan Beragama di Indonesia’ di Aula Vihara Dhammasoka, Jalan Piere Tendean, Kota Banjarmasin, Selasa (16/8/2022).
Kegiatan ini merupakan refleksi kemerdekaan ke-77 tahun Indonesia, dengan menghadirkan narasumber yakni Prof Dr. M. Amin Abdullah (Anggota Dewan Pengarah BPIP).
“Kebebasan berkeyakinan itu penting, karena itu fundamental. Kecerdasaan kebangsaan dan keumatan, jauh sebelum pada tahun 1945. Kebebasan beragama itu pokok-pokok masalah dalam rumusannya terkonsep luar biasa oleh pendahulu kita,” ucap Prof Amin kepada Asyikasyik.com.
Ketika sumpah pemuda, Amin menjelaskan, tidak ada yang menyebut satu agama. Tetapi dalam bunyinya, kata dia, yaitu satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa. “Tokoh-tokoh cendekiawan dulu, bahkan agamawan islam pun, tidak ada menyebut satu agama dalam berkebangsaan. Itu orang dahulu,” tegasnya.
Menurutnya, kondisi itu perlu direfleksikan oleh generasi sekarang untuk memahami sejarah terdahulu. Karena, kata dia, banyak nilai yang kini ditinggalkan oleh generasi sekarang. “Konsep dan nilai terdahulu, perlu dipelajari,” ujarnya.
Menurut Amin, moderasi itu adalah ide kebangsaan dan kenegaraan dengan pandangannya terhadap nilai-nilai keindonesiaan tersebut, yaitu Pancasila. Kedua, dia menyebut bahwa moderasi beragama itu anti kekerasaan, baik verbal maupun non-verbal.
“Titik temu, titik tuju dan titik tumpu. Ada lima hal yang penting untuk kita, yaitu beragama, keumatan, keindonesiaan, kebangsaan dan kenegaraan. Itu bagian dari republik kita yang tak terpisahkan,” beber Amin.
Pemuka Buddha, Banthe Shaddaviro Mahatera menyampaikan dalam kegiatan moderasi beragama di Kota Banjarmasin ini sekaligus menyambut hari kemerdekaan RI ke 77. Kerjasama ini, kata dia, memang kerap dilaksanakan tiap tahunnya.
“Tujuannya adalah menjaga kerukunan, bisa mengisi nilai kemerdekaan antara satu dengan lainnya. Memahami dan saling pengertian,” jelas Bhante.
Selama dua tahun belakangan, menurut Bhante, walau ditiadakan kegiatan tetapi pendidikan serta pendekatan sosial ke masyarakatnya terus terjalin. “Ke masyarakatnya, kita batasin dengan beberapa orang. Tak hanya merefleksikan saja, kita saat ini terus menjaga itu,” ujarnya.
Bhante bilang, momentum kemerdekaan ke-77 RI ini merupakan langkah untuk merekatkan sesama di tanah Banjar. Dari pelbagai suku, budaya dan agama, menurutnya terus menanamkan kepada generasi selanjutnya.