SEDERET karya seni rupa terpajang di beberapa panel (sketsel) berwarna putih dengan dekorasi yang sederhana di gazebo Rumah Alam, Sungai Andai, Banjarmasin.

Adalah Sandi Firly, yang selama ini dikenal sebagai penulis, menggelar Pameran Tunggal Lukisan karya-karyanya, Selasa (14/3/2023).

Bertajuk “Respect”, pameran hingga 19 Maret ini dilaksanakan Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) bekerjasama dengan Rumah Alam dan didukung oleh Bank Kalsel, WINS advertising, Koperasi Jalujur Banua Bawarna, serta asyik-asyik.com.

Walikota Banjarmasin Ibnu Sina melalui Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Banjarmasin, Ikhsan Budimanta, membuka acara pameran Respect ini dan sangat mengapresiasi untuk perkembangan seni rupa di kota berjuluk seribu sungai.

“Pameran seperti harus kita dukung dan apresiasi. Karena ini sangat penting untuk menghidupkan kegiatan berkesenian, dalam hal ini seni rupa di Banjarmasin,” ucap Ikhsan saat membacakan sambutan Walikota Ibnu Sina yang berhalangan hadir karena agenda keluar kota.

Bentuk apresiasi dan dukungan ini juga ditunjukkan Ikhsan dengan membeli langsung dua lukisan.

Ia memilih lukisan berjudul Jukung Tambangan (35×45 cm) dan Menara Pandang (25×35 cm).

“Sandi pandai membuat karyanya yang bisa langsung memikat siapa saja. Saya memilih dua lukisan itu, karena begitu melihatnya langsung tertarik dan berminat,” sebutnya.

Awalnya Ikhsan agak ragu mau mengambil lukisan Menara Pandang. “Khawatirnya Pak Ibnu Sina juga tertarik dan ingin memiliki lukisan inj,” ujarnya tersenyum. Namun, ia tetap memutuskan membeli lukisan itu.

Ikhsan mengaku cukup mengenal sosok pelukis Sandi Firly. “Tapi saya tak menyangka, Sandi yang saya kenal sebagai penulis dan jurnalis senior, juga ternyata adalah seorang pelukis yang baik,” katanya.

Penggagas Pameran Respect, Noorhalis Majid mengaku telah lama memiliki gagasan dalam konsep manajemen-kolaborasi ini dengan menghadirkan sejumlah pegiat seni, seperti karya seni rupa, fashion, photograpy dan sebagainya. 

“Tujuan pragmatis, rumah alam ini secara geografis memang sulit diakses. Namun dengan beragam kegiatan yang disajikan, maka memaksa orang untuk hadir dan ini merupakan strategi dari Rumah Alam mengenalkan kekaryaan seseorang,” ungkap Majid, owner Rumah Alam Banjarmasin.

Lukisan karya Sandi Firly dalam bingkai sudut perkotaan Banjarmasin

Dengan begitu, Majid menginginkan dapat menciptakan ruang seni di tengah masyarakat Banjarmasin. Tujuan idealisnya, menurutnya penting ada kolaborasi dari satu bidang ke bidang lainnya, sehingga mampu mendongkrak dunia seni tak hanya satu pihak saja.

“Dalam kegiatan pameran ini, misalnya, kita kolaborasikan dengan fashion, musik, fotografi, dan diskusi-diskusi,” sebutnya. 

“Antara pragmatis dan ideologis itu dipadukan, bagaimana membuka paradigma masyarakat terhadap dunia seni. Tak semata-mata cuma pameran atau jual karya seni rupa. Dalam pameran ini juga ada konsep donasi, yaitu misi sosial yang membantu remaja putus sekolah berlatih keterampilan,” tutur Majid, yang pernah menjadi Kepala Ombushman Perwakilan Kalimantan Selatan itu.

Sejumlah pegiat seni menengok karya Sandi Firly dalam diskusi RESPECT

Pelukis Sandi Firly menjelaskan terkait awal gagasan pameran ini, yang dimulai dengan pembicaraan dengan Noorhalis Majid dan Durektur LK3 Abdani Solihin.

“Berawal dari kegelisahan terkait pameran seni rupa selama ini. Memang pengunjungnya banyak, terutama pelajar dan mahasiswa. Namun mereka bukanlah calon pembeli potensial. Sehingga, sangat sulit karya lukis dapat keluar atau terbeli,” kata dia.

Dari pengalaman yang telah diamatinya sejak menjadi wartawan yang sering meliput kegiatan seni, termasuk pameran lukisan itulah, Sandi, Noorhalis Majid, dan LK3 menggagas pameran dengan strategi donasi dan “ketuk pintu”.

” Jadi, kami langsung mengubungi beberapa relasi yang mereka kemungkinan akan mendukung kegiatan ini, baik berdonasi maupun membeli lukisan,” ujarnya.  “Dalam hal ini terutama jaringan Bang Majid,” sebutnya.

Namun, yang menjadi tantangan terbesar Sandi adalah, dia harus menyiapkan puluhan lukisan dalam waktu yang cukup singkat hitungan satu setengah bulan.

“Karena telah kami sepakati, maka saya harus menyelesaikan sejumlah karya. Walaupun harus begadang suntuk dan bahkan sempat jatuh sakit,” kisahnya.

Barangkali setimpal, dari 33 karya yang dipamerkan, pada acara pembukaan sudah 6 karya yang sold atau terjual.

Yang menarik, salah satu membelinya adalah selebgram Punia Dewi Banjarmasin, yang kebetulan menjadi MC di acara itu. Ia memilih lukisan berjudul “Kuda Rock N’ Roll”.

” Saya memilih lukisan kuda ini karena unik dan sangat art,” ujar Punia.

Lukisan lainnya yang juga terjual berjudul Pengawal Pemilu (40×60 cm) dibeli oleh Azhari Dhani, serta Naifa (35×45 cm) yang dikoleksi Pahlawan Kopi.

Lukisan Sandi lainnya yang juga sedang dinegosiasi berjudul Kota Lama, yang merekam wajah pusat kafe di Banjarmasin itu.

Masih banyak lukisan Sandi yang menarik lainnya, terutama lanskap kota seperti Ujung Murung, Kelenteng, atau JL Hasanuddin HM.

Peserta diskusi RESPECT menyimak para pembicara karya Sandi Firly di Rumah Alam Banjarmasin

Ketua Dewan Kesenian Banjarmasin, Hajriansyah melihat sosok Sandi Firly  bukanlah orang baru dalam seni rupa.

“Kita tahu, selain penulis,  Sandi adalah illustrator. Dan bahkan saya pertamakali mengenal Sandi saat dia melukis di Walhi untuk Hari Bumi,” jelasnya.

Sebab itu, menurutnya, tak heran bila karya-karya Sandi menarik. Terutama lukisan tentang kota Banjarmasin.

“Sandi Firly membawa kita dalam ingatan bahwa ada sisi kota yang cukup menarik. Dan sebagai pelukis ia berhasil merekamnya,” tandasnya.@

 

Facebook Comments