SEJARAH hari musik dunia yang dikutip dari firstpost.com dan merdeka.com bahwa Hari Musik Dunia pertama kali dirayakan pada Summer Solstice di Prancis pada tahun 1982 ketika mantan menteri seni dan budaya Prancis, Jack Lange, bersama dengan Maurice Fleuret memulai Fête de la Musique di Paris. Itulah juga mengapa Hari Musik Sedunia dikenal sebagai Fête de la Musique.
Fleuret memprakarsai dan mengorganisir hari ini untuk musik dan pecintanya adalah seorang komposer Prancis, jurnalis musik, dan produser radio. Sejak saat itu, musik dan pentingnya musik menjadi banyak dikenal di seluruh dunia.
Setelah perayaan pertama pada tahun 1982, Festival Hari Musik ini menjadi acara global. Segera setelah Prancis mengakui festival ini, beberapa negara termasuk India, Cina, Malaysia, Italia, Yunani, Ekuador, Meksiko, Kanada, Amerika Serikat, Rusia, Australia, Peru, Brasil, Inggris, dan Jepang mengikutinya.
Suasana pengambilan video di Pasar Modern Bauntung Banjarbaru
Selebrasi Musik Dunia Kalsel 2023
Tahun ini kali kedua musisi Kalimantan Selatan yang tergabung lewat Hari Musik Dunia atau HMD Kalsel#2 merayakan hari musik dunia lewat sebuah karya kolaborasi dengan melibatkan 100 musisi.
Inisiator HMD Kalsel, Yusda Permana juga meneroka para penyandang disabilitas yang masih berstatus pelajar, pengamen tuna Netra yang kerap ditemui di sekitar kawasan Car Free Day Lapangan dr. Murdjani untuk mewarnai karya pada HMD Kalsel#2.
“HMD Kalsel 2023 ingin memperlihatkan kepada masyarakat luas kalau semua manusia sejatinya adalah musisi, terlepas dari apa dan bagaimana penampilan serta sajian musiknya.” ungkap Yusda Permana, founder OBO Musik School Banjarbaru.
HMD Kalsel#2 menyorot kearifan lokal lewat tradisi budaya Banjar dalam perilaku keseharian berdagang masyarakat setempat
Yusda juga menambahkan kalau pengambilan video digarap di tempat yang tidak lazim dijadikan konser musik karena kali ini dilakukan di sebuah pasar modern, yaitu pasar Bauntung Banjarbaru dan hal ini menjadi atensi khusus bagi pengunjung dan para pedagang lokal.