SELALU ada yang bisa dipetik dari sebuah cerita, apakah sikap, perilaku, dan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat melalui tradisi tutur dan cerita berlanjut ke generasi berikutnya. Jamak diketahui, cerita rakyat banyak mengangkat kisah suatu tempat dan asal muasal tokoh-tokoh dari daerah tertentu.

Biasanya tokoh disampaikan dalam wujud manusia, bentuk-bentuk binatang, bahkan sesuatu yang gaib. Cerita rakyat adalah satu di antara karya sastra yang berangkat dari perihal zahir (alhayyun) yang sifatnya abonim dengan budaya dan nilai sosial dalam tradisi. Sebagai pengukuh ajaran etika dan moral, cerita rakyat memiliki banyak versi dan ragam (variasi) dengan berbagai klise. 8 buku cerita rakyat yang sebentar lagi rilis sebagian besar adalah cerita bervarian legenda, sage, paralel, dan fabel.

Pendokumentasian cerita rakyat dalam tiga bahasa (Banjar, Indonesia, Inggris) adalah salah satu upaya Balai Bahasa Kalimantan Selatan dalam rangka pengembangan dan pelindungan bahasa dan sastra daerah.

Luthfi Baihaqi, S.S, M.A selaku Kepala Kantor Bahasa Kalimantan Selatan menyampaikan bahwa ada tiga tahapan kegiatan yang dilakukan, yaitu; mengumpulkan karya para penulis berbahasa daerah, menerjemahkan cerita rakyat dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris), dan menerbitkan buku cerita rakyat sebagai bahan bacaan literasi siswa.

“Ini upaya untuk memublikasikan kekayaan tradisi lisan Kalimantan Selatan ke daerah lain dan mancanegara”, jelas Pa Luthfi ke tim redaksi. Tujuan lainnya adalah memperbanyak bahan bacaan literasi yang bersumber dari kearifan lokal (daerah setempat) serta melindungi bahasa daerah (bahasa Banjar) dalam bentuk tulisan (teks).

Cerita rakyat Kalimantan Selatan ini diilustratori oleh Mika August yang sehari-hari berkhidmat dan mendedikasikan hidupnya dengan menggambar. Baginya, suatu kehormatan bisa mengilustrasi buku-buku cerita rakyat Kalsel.  Penyelesaian ilustrasi untuk 8 buku tersebut memakan waktu 6 minggu.  Adapun 8 judul buku cerita rakyat Kalimantan Selatan tersebut, sebagai berikut;

  1. Rajang Waki di Batu Tunggal (Rezqie M. A. Atmanegara)
  2. Dongeng Datu Danglu dan Burung Perkutut (Iwan Yusi)
  3. Pancakiyay (Alian Syahrani)
  4. Dongeng Utuh Gariwai dan Tombak Pusaka (Iwan Yusi)
  5. Burung Bangkang Tutup (Hatmiati Masy’ud)
  6. Andaru (Aliman Syahrani)
  7. Pohon Menangis (Gusti Indra Setyawan)
  8. Asal Mula Tajau Pecah dan Beramban (Aliansyah Jumbawuya)

Kepada tim redaksi asyikasyik.com  Rezqie M. A. Atmanegara mengatakan tujuan dari mengangkat kisah  Rajang Waki di Batu Tunggal  tak lain menggali legenda atau  cerita rakyat yang masih banyak belum diangkat dan dikenalkan pada masyarakat luas.  “Hulu Sungai Tengah memiliki banyak kisah-kisah yang dituturkan secara turun temurun tentang asal usul tempat, nama kampung, maupun mitosnya. Di Hulu Sungai Tengah,  tidak hanya tentang Pagat dan Luk Laga saja yang tidak asing lagi dikenal orang. Selain itu juga paling utama adalah pelestarian bahasa daerah Banjar (khususnya cerita ini dialek pahuluan) yang didampingi dengan terjemah bahasa Indonesia dan Inggris, tentunya akan lebih luas persebaran mengenalkan cerita rakyat daerah kita pada mata dunia.” Terang Rezqie.

Harapan senada juga diungkapkan Aliansyah Jumbawuya. “Saya berharap ke depan akan banyak lagi cerita-cerita rakyat Kalsel dipublikasikan sehingga generasi mendatang tidak asing dengan khazanah budayanya sendiri.” Cerita Asal Mula Tajau Pecah dan Beramban yang ditulis Aliansyah adalah cerita yang paling menarik ilustrator buat karena pertarungan Pusaka dan Raksasa jahat berlatar kerajaan.

Berbeda dengan cerita Andaru karya Aliman Syahrani. “Cerita ini mengangkat Paramasan yang dibungkus lewat Andaru,” jelas Aliman yang dikonfirmasi redaksi asyik lewat telepon memaparkan. Kalau ditulis judul asal mula Paramasan rasanya kurang greget, lanjut Aliman yang saat ini menjalani pemulihan dari covid-19. Kita tunggu saja 8 buku ini rilis, syukur-syukur ada akses untuk e-book dalam bentuk pdf nantinya. @