ROADSHOW akhir tahun di Banjarbaru dimulai dengan kunjungan ke Bengkel Sastra Sahara (Smansa Harat Sastranya) di SMA 1 Banjarbaru dalam rangka Pekan Pesiar Literasi, Diskusi, dan Nonton Bareng Film Alih Wahana sebagai penutup akhir tahun, pada Kamis (15/12/2022). Dalam kegiatan ini menghadirkan 3 narasumber yaitu; Sainul Hermawan, (Dosen FKIP Universitas Lambung Mangkurat), Sandi Firly (Novelis) dan Hudan Nur (Duta Baca Banjarbaru).
Diikuti oleh 40 peserta siswa yang di antaranya adalah sejumlah anggota Bengkel Sastra Sahara. Ini merupakan roadshow pertama dari 7 titik tempat yang bakal dikunjungi Asyikasyik, di antaranya Skatel English Association (SMK Telkom), Sanggar Meratus Lestari, TBM Amanah, Komunitas Relawan Mengajar, TBM Komplek Keruing Indah-3 dan TBM Angkasa Teras Digital.
“Novel, cerpen dan puisi itu pekerjaan satu orang. Tetapi, film ‘Suatu Malam Ketika Puisi Tak Mampu Ia Tuliskan Lagi’ itu kerja bersama. Ketika dialih wahanakan menjadi film maka itu kerja kelompok, berawal pekerjaan satu orang menjadi banyak orang,” ucap Akademisi FKIP ULM, Sainul Hermawan kepada Asyikasyik.com, pada Kamis (15/12/2022).
Perpindahan itu, menurut Sainul memiliki keterbatasan dalam berkarya, seperti keterbatasan waktu (durasi), musik, hingga alur cerita yang divisualkan. Namun, baginya perubahaan itu memberi makna tersendiri dan cara khusus terhadap karya sastra tersebut. “Itulah arti alih wahana, sebuah penerjemahan,” jelas dia.
Sainul pun mengaku pertama kali menonton film besutan Hudan Nur (Produser), Kin Muhammad (Sutradara) dan Sandi Firly (Penulis Skenario) tersebut. Dalam bayangan dia kenapa baru saja dapat menonton film keren ini?
“Padahal film ini sudah diputar di mana-mana pada beberapa bulan lalu. Namun, saya baru saja menontonnya,” ucap Sainul.
Sainul melihat film ini serupa dengan salah satu kisah mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP ULM tengah frustasi ketika menuliskan puisinya. Dalam pengajarannya, dia memberi tugas kepada mahasiswa-mahasiswanya untuk menulis puisi yang baik.
“Saya berikan konsep puisi. Mungkin, orang dengan menawarkan konsep puisi seadanya maka tuntutannya tidak seprustasi itu. Dalam film inikan tolak ukurnya seperti Sapardi Djoko Damono, Sutardji Calzoum Bachri, Chairil Anwar dan Joko Pinurbo (Jokpin),” beber dia.
Menurut Sainul, jika seseorang menulis puisi dengan keempat acuan tersebut maka prustasilah mereka. Dan hal itu, baginya berhasil melakukan konsep puisi dengan 60 mahasiswa yang diajarkannya, walaupun berhasil cuma sedikit. “Kendatipun banyak yang gagal, tetapi ada mahasiswa saya yang menulis puisi hingga membuatnya nangis.”
Proses kreatif yang dilakukan oleh Sandi Firly, novelis asal Banjarbaru itu mengarang karya cerpen hingga terbit 2019 lalu. Dalam latar cerita, dia membayangkan beberapa tokoh sastra tengah berdialog di suatu tempat pada malam hari.
“Mereka berdialog tentang cinta, karena cinta versi Sapardi dengan Sutardji berbeda dan sekalipun Chairil Anwar, juga Jokpin. Layaknya aku mencintaimu dengan sederhana, penyair lain memandangnya beda,” tutur Founder Asyikasyik.com tersebut.
Sandi melihat generasi jarak antara penyair dengan penyair lainnya sangat jauh. Apalagi, dia menyebut Chairil Anwar sudah wafat dan bagaimana dialog itu terjadi dalam bayangannya tersebut.
“Sebab ide itu terciptalah cerpen ini. Kemudian di visualkan ke layar film, hingga kalian bisa menontonnya saat ini,” ungkap Sandi.
(Foto bersama usai kegiatan Diskusi dan Alih Wahana)
Dalam forum terdapat beberapa pandangan siswa-siswa SMA 1 Banjarbaru, seperti diutarakan oleh Salsabila, Saudah, Fauziah, Azizah hingga Rangga. Mereka sebagian mendapat hadiah buku dari Bangku Panjang Mingguraya.
“Ketika menonton film ini. Saya itu langsung teringat sewaktu SMA, mungkin orang-orang mudah mengatakan cinta. Tetapi, saya tidak maka cukup menuliskannya lewat puisi kepada seseorang itu,” ucap Guru Bahasa Indonesia SMA 1 Banjarbaru, Muhammad Asrory.
Ketika lihat di beberapa cuplikannya, Rory mengingat persis nampak sama kejadian yang menimpanya ketika muda saat itu. Namun, dia mengaku sebagian cerita lainnya tidak sama dan hanya saja membuatnya jadi bernostalgia dengan kenangan-kenangan itu. “Diputar tadi, filmnya memang dekat dengan kehidupan kita,” ujarnya.
Apalagi, Rory menganggap seseorang yang menyukai puisi bakal meresapi tiap adegan dalam film tersebut. Sehingga, dia menyebut isi dalam film tesebut bakal tersampaikan dengan baik.
“Puisi sangat kuat memberikan sentuhan kepada seseorang. Apalagi menulisnya dengan penuh perasaan,” ucap Rory.
Dengan kesempatan itu, Rory berterima kasih atas penyelenggaraan kegiatan ini yang dapat memberi energi dan semangat baru kepada siswa-siswanya. Diakhir acara, dia berharap dapat terus menjalin kerjasama ini di kegiatan-kegiatan literasi selanjutnya.@