GEMA musik terdengar dalam alunan lagu-lagu tradisional berpadu dengan modern yang digelar oleh Dewan Kesenian Banjarmasin dan Manajemen Kampung Ketupat serta didukung oleh Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kota Banjarmasin dalam rangka Hari Musik Dunia di Amfiteater Kampung Ketupat, Jalan Sungai Baru, Banjarmasin.

Dimeriahkan oleh sejumlah grub band dan penyanyi solois, yaitu Dino and Friend, D’Kepiting, Kambang Pandahan, SDN Teluk Dalam 3, Yuli Biola, Khairiadi Asa, SMKN 4 Banjarmasin, Swara Banua Choir, Japin Kambang Pandaban, Banjar Bakula, Loveeta Layla Janna (SMPN 6), Ugahari, Sendratasik Surya Gemilang, Nuansa Etnic, Ansamble, dan Komunitas Gambus Banjarmasin (KGB) sebagai penutup acara pada malam itu.

Enam belas penampil grub musik dan penyanyi solois itu menghibur warga di pinggiran Sungai Martapura, yang dimulai sejak 19.00 hingga 11.30 Wita. Ornamen berbentuk “Ketupat” yang jadi ruang seni-kreatif itu nampak melingkar, sebuah tempat duduk bagi masyarakat untuk menyaksikan berbagai penampilan hiburan tersebut.

Bersama seniman, Wali Kota Banjarmasin beserta isterinya tengah memukul gendang sebagai tanda opening art di Hari Musik Sedunia, Amfiteater Kampung Ketupat Banjarmasin.

“Pergelaran dalam Hari Musik Sedunia ini pertama kali diadakan, tak cuma hanya di Banjarmasin tetapi di Kalimantan Selatan. Pemikiran ini muncul, setelah kami melihat Hari Tari Sedunia di Wetland Square yang sukses,” ucap Kabid Kebudayaan Disbudporapar Banjarmasin, Zulfaisal Putra kepada Asyikasyik, Jum’at (30/6) malam.

Zulfaisal juga menyampaikan kegiatan ini sebuah kolaborasi yang tak mengeluarkan dana sepeserpun, hanya saja bentuk partisipatif dari beragam kelompok seni di Banjarmasin yang turut meramaikan acara tersebut. Sehingga, menurutnya para seniman dari kalangan musik yang tampil sebagaimana wujud kecintaannya terhadap kota ini.

Kata Zulfaisal, walau peringatannya sudah lewat sejak 21 Juni lalu, namun diakhir bulan dapat disemarakkan oleh banyak grub musik di kota seribu sungai ini. Mulai dari lagu Banjar, lagu Gambus hingga pop modern.

Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina mengapresiasi bagi kalangan seniman musik di Banjarmasin turut menghibur warganya yang tengah menikmati tempat baru; Kampung Ketupat Banjarmasin.

“Kita berikan tepuk tangan gemuruh bagi seniman-seniman pemusik Banjarmasin, yang terus memberikan kontribusinya untuk kota tercinta kita,” ungkap Ibnu dalam sambutannya.

Dalam kesempatan itu, Ibnu juga berterimakasih kepada Ketua Dewan Kesenian Banjarmasin yakni Hajriansyah, yang selalu turut menghidupkan kesenian di kota ini. Terhadap seniman, dia memandang sosoknya selalu mengayomi para seniman untuk tetap eksis dalam membumikan seni-budaya.

“Ulun (saya) sering menyampaikan bahwa setiap sudut Kota Banjarmasin adalah ruang seni-budaya. Siapa saja boleh menghadirkan karyanya untuk kota ini,” ujarnya.

Hajriansyah, Ketua Dewan Kesenian Banjarmasin pun mengatakan bahwa acara ini sangat baik untuk menumbuhkan semangat berkesenian. Apalagi, baginya tempat ini bakal dijadikan para seniman untuk berkreasi dalam bidang apapun ke depannya.

“Saya senang aja kegiatan ini banyak dihadiri masyarakat Banjarmasin, bahkan sampai membludak. Artinya, ketertarikan warga terhadap seni mulai ada dan terus dihadirkan nantinya,” ungkap Hajri, disela kegiatan itu.

Sementara, Tim Kreatif dan Fasilitator dari Manajemen Kampung Ketupat Setiawan melihat antusiasme warga menonton pada acara Hari Musik Sedunia ini sebagai pengenalan pertama terhadap kawasannya. Dia mengatakan, ini sebagai pra-opening Kampung Ketupat Banjarmasin yang bakal dibuka secara ceremony sejak 14-15 Juli mendatang.

“Nanti, bakal kita kelola secara rapi lagi. Setiap agendanya pun harus dimanajemen dengan baik agar tidak molor seperti malam ini,” kata Setiawan.

Setiawan menjelaskan, setiap penampil bakal diperhitungkan dari segi waktu, genre dan bidang yang bakal ditampilkannya. Saat ini, pihaknya menjadikan acara ini sebagai awalan untuk mendata kelompok seni dan bakal berkembang terus, demi menciptakan ruang kesenian yang tumbuh secara organik.

Dengan begitu, Setiawan bersama tim Manajemen Kampung Ketupat memberi ruang terbuka bagi seniman yang ingin berkegiatan di tempat ini, baik itu diskusi, latihan hingga pertunjukkan secara gratis. Dia menyebut warga cuma hanya membayar uang tiket untuk masuk ke tempat ini, maka guna mendukung ruang seni-budaya tersebut.

“Kita senang kalau banyak partisipatif ke depannya untuk menghidupkan Kampung Ketupat Banjarmasin,” tandasnya.

Facebook Comments