KOOPTASI GONGGONGAN ANJING

Kau bentang perjanjian hening di kepalaku
sebelum lentik jemari menjadi kupu-kupu kota
“kau jauh lebih singa bila mencintai kitab wanita warisan nenekku” bisikmu
menyambut sepasang bibir anjing yang menunggu di depan pintu

Wangi sejarahmu memabukkan anjing-anjing kota
sementara aku menjahit mulut seraya menghapal trik menjadi lelaki rumah tangga
asap kesetiaan mengepul dari tungku dalam jantung
srigala tanpa betina berjingkrak dalam kepala

Malam diamuk puluhan anjing betina menghambur dari mataku
kurapatkan gagang pintu sebelum gorden menjelma selendang Durga
lewat pukul dua belas bulan jatuh ke lumpur
kau berdiri huyung di antara pecahan bintang
lidahmu tiada henti menumpahkan gonggongan anjing

Tanganmu mencatat peta syahwat kota dini hari

Padang, 2020-2021


SEDA*

Telah berangkat kekasih,
menepat janji Sang Atma pada Mokshatam Atmanam

Masih semerbak kuntum melati di hari nyiramin
bade merebutmu demikian lesat dari saung pedihku
baleganjur riuh merayakan moksa
lumat cinta kita dalam tarian api ngeseng

Dewa Ayu Saraswati,
tak kau dengarkah raungku?
padam aku dalam suwung
di Taman Raja akulah Rama
murkaku jelaga Sita dilalap Rahwana

Pada dua belas hari kesedihan
Aji dan Biang menghukum lepuh rinduku dalam ritus makelud
orang-orang merapal doa memanggil lupa
langit menderaskan hujan
menghapus harum tubuhmu
namun di jantungku nafasmu telah menetap

Bening matamu sejuk embun pagi Penglipuran
manis senyummu kerling mentari tepian Batur
penjarakan aku bagai Pandawa
dua belas tahun ditampar rindu

Dewa Ayu Saraswati,
kutinggalkan Tenganan
kutinggalkan riwayat ngilu
bila ombak Kuta reinkarnasimu
izinkan aku jadi deburnya

Padang, 2019

Catatan:
Seda: bahasa daerah Bali alus untuk menyatakan maut atau kematian
Sang Atma: roh, arwah
Mokshatam Atmanam: Tuhan, Yang Maha Kuasa
nyiramin: upacara memandikan jenazah sebelum ngaben
bade: menara pengusung jenazah dalam mprosesi ngaben umat Hindu di Bali
baleganjur: gong khas Bali
ngeseng: upacara pembakaran jenazah
Aji: panggilan untuk ayah/ayah mertua oleh orang Bali kasta Ksatria
Biang: panggilan kepada ibu/ibu mertua dalam masyarakat Bali kasta Ksatria
Makelud: upacara menyucikan diri dari rasa sedih bagi anggota keluarga yang ditinggalkan jenazah yang diaben



STRUKTUR SEJARAH DIRI

Kata kaba
ibuku terbuat dari reruntuhan batu-batu Pagaruyung
jantungnya gonjong-gonjong rumah gadang
nadinya rangkiang-rangkiang berpumpun padi
dilahirkannya aku dari perkawinan telur dengan manis air kelapa gading

Kata tambo
ibuku lahir semasa Gunung Merapi sebesar telur ayam
mengikut angin turun ke tanah Darek membiakkan diri sampai pulau Tiku
di negeri Lunang menjelma ia perempuan bernama Mande Rubiah
sebelum kisah kami diruntuh kutuk
berkirab ia ke rantau hilir

Kata kaba,
bapakku kesatria berkirap ke puncak langit
dilarikannya Gondoriah si perawan mengkal
digunggungnya nyawa ibuku dalam dendang

Tapi demi kata Tuhan,
kulafaz doa walau tak sua wujud nisannya

Padang, 2020