UMUR 3 BATANG ROKOK
pada hisapan pertama ini, kekasih
kuputar lagi lagu-lagu kesayangan
sebagai ganti lagu-lagu kesayangan
sebagai ganti tangis berkepanjangan
tangis seumur hidup
sebab, meski berkali-kali kubunuh
berkali-kali kau mati
kau tetap saja tinggal di angan.
tangisku meledak pada lagu ketiga
oh, itu adalah lagu yang paling kau suka,
katamu
lagu yang “gua banget, yawla”
di umur kedua sebatang rokok
kuingat lagi janji yang sempat kau ukir di
bilik jantung
katamu, aku adalah lelaki paling tampan di
bumi
dan seluruh kata-kata yang keluar dari
mulutku,
adalah hadits nabi
kau ingin selamanya jadi seorang makmum
dan akan menyebut amin, amin, amin
ketika kuberdoa, agar kau selalu seksi
selalu imut dan lucu
selalu uhuy
tapi di batang ketiga ini, kekasih
foto pernikahan yang kau sebar di facebook
dan gambar seorang anak di situ
alangkah gaya, alangkah imut
tidak ada aku, di situ
dan kita sudah sampai di lagu terakhir
lagu yang sangat menyedihkan!
2019
KIRANA RINDU
dalam pejam, kupeluk doa
kupeluk akal, kupeluk pikir
agar pola di dalam senyummu
manis, bagai kirana pijar lampu kota
tapi, sejak praja yang diatur para politisi
selalu kau konsumsi di televisi
cinta jadi kacau ya, Tuhan
dinda, oh kau yang bermata cahaya
di mana, harus kugapai asa?
agar kau selalu ada
bahkan dalam tiada!
oh, kepulangan
oh, akar di jantung
oh teratai bunga-bunga
oh air maha segala
pedulikah engkau,
pada doa di dasar sukma?
pada dasar segala kata?
remuk, nanar, segala
luruh semesta
kau saja, kau saja segala
amiin panjang doa-doa
2019
KANTUK
kau mencari makna kata gabut dan disleksia
di detik yang sama
dan menemukan seorang istri di sebuah
artikel
tentang cara mengakali bahagia
pertama-tama si istri akan menghitung
jengkal demi jengkal isi rumah
kedua, ia akan membersihkan semua yang
becek
hanya dengan modal doa semata
ketiga, ia akan mengusap isi kantongmu
dan semuanya akan lesap
bagai laju kota
terakhir, ia akan menidurimu
dengan banyak puisi
ya, yang semisal-misal inilah
dan kau, akan terus terkantuk-kantuk
dan terus menonton televisi
uhuy
2019
GABUT
bulan ramadan jatuh pada bulan maulidan
dan kopi dan rokok dan ah
kilasan demi kilasan sampai juga
ke syawalan
yang membuat sandiwara ini
tak lagi jadi rahman dan rahimnya, Rabbi
kau mengutukku menjadi sebuah tomat dan
kau blender tanpa ampun
aku dosa dan pahala lebur dalam waktu
dan jiwa-jiwa gabutku yang ehem
eh, ehem
dan bucinnya kesetiaan cintah
dan apapun ya Rabbi, ya Rahman, ya Rahim
bilakah sendiri jadi berdua
bilakah masanya aku boleh bercocok tanam
membangun peradaban yang uhuy
membangun sebuah kecamatanlah,
minimalnya
atau apapun, Rabbi
hingga jiwa gabut ini, luput dari dosa
luput dari mulut-mata-telinga manusia-
manusia yang sudahlah sentimen,
menyebalkan pula
eh, btw ya Tuhan, ya Rabbi, ya Rahman
ya Rahim
ini bagaimana bilangnya,
“ ku pen tobat”
2019