Ilustras: Nida K, 9 tahun

Senja Itu Adalah Kamu

Berbicara senja
Adalah kelepak kita menuju pulang
Mencium bau anggrek di halaman
Menciumi punggung waktu
Rumah yang hangat
Keluh kesah sesekali, tak mengapa
Diiringi celoteh, rengek serta terkadang derai airmata dan
kemudian berganti riuh rendah tawa.

Dan, senja selalu kita nikmati pada waktu milik kita
Senja kita bersama, senja keemasan yang selalu dihantarkan
Penuh kehangatan
Menyambut kita pulang
Setelah seharian berjibaku dengan waktu

Senja itu adalah kamu
Hanya sesederhana itu

Kotabaru, 28 september 2018


Tanda Tanya

Kita pernah punya puluhan bahkan ribuan kata-kata
Berterbangan di udara
Merayap, membubung ke angkasa
Ego muda, sebuah kesombongan eksistensi yang menghibur hati kala lara sepi
.
Kita pernah berjuang bersama-sama
Menertawakan banyak kekonyolan-kekonyolan
Kegetiran saat jatuh dan erangan saat mencoba bangun dan merangkak.

Saat kita semakin tua
Akukah yang memilih pergi?
Diakah yang memilih pergi?
Atau engkau yang semakin tak mampu dimengerti?

Kotabaru, Juli 2020


Mungkin

“Hujan kesekian kali,” katamu, “turun di awal Juli”
Satu sajak berkumandang
Menemani kita merajut ingatan

Berpuluh-puluh sajak pernah dituliskan
Kita mungkin tak pernah lagi sama
Aku ke utara, kamu ke barat, dia ke selatan.

Tapi, kita mungkin pernah sama
Mungkin saja
“Entah kapan? Aku pun tak pernah persis merangkum ingatan.

Kotabaru, Juli 2020


Kutawar Rindu

Sudah lama tidak mencium wangimu
Saat angin berkejaran di atas kelopak gelombang
Ada rindu yang tertahan
Ketika menyapa dinding-dinding tak bersuara
Lama, sudah.

Kutawar rinduku
Agar tak menggunung membubung penuh
Saat angka-angka semakin menambah kalkulasi
Namun, rindu sungguh tak kuasa dapat bernegosiasi

Sejenak saja
Menapakkan diri
Agar rindu tak pernah ragu

Sejenak saja

Kotabaru, Juli 2020