UNTUK pertama Program Desa Damai dilancarkan Wahid Foundation di luar pulau Jawa. Kabupaten Tanah Laut (Tala), Kalimantan Selatan beruntung, karena Desa Handil Birayang Bawah, Kecamatan Bumi Makmur dipilih sebagai desa untuk pelaksanaan Program Desa Damai ini.
Menggandeng Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin, Wahid Foundation selama tiga hari, mulai Minggu (28/11/2021) menggelar Workshop Inisiasi Pengembangan Desa Damai dengan peserta para pemuda-pemudi yang berlangsung di aula samping Kantor Camat Bumi Makmur, Tanah Laut.
Apa itu Desa Damai? Yakni menciptakan masyarakat demokratis serta berkeadilan dengan nilai-nilai toleransi, kesetaraan, keberagaman dan perdamaian dengan berbasis di desa-desa.
Senior Officer Media Kampanye Wahid Foundation Siti Kholisoh ketika ditemui asyiasyik di sela workshop, Senin (29/11/2021), menjelaskan, tujuan dari Program Desa Damai ini untuk membangun ketahanan di masyarakat, keterlibatan aktif dalam menciptakan kedamaian di lingkungannya, dengan cara menggerakkan komunitas-komunitas yang ada di desa tersebut.
“Komunitas ini bukan saja berbentuk seperti Karang Taruna, misalnya, tetapi bisa remaja masjid, kelompok perempuan PKK, atau ibu-ibu arisan, itu juga merupakan komunitas. Kelompok-kelompok inilah yang kita inisiasi untuk masuk dalam Program Desa Damai,” jelas perempuan berkacamata ini.
Ada tiga pilar dalam membentuk Desa Damai, sebut Siti Kholisoh. Yakni partisipasi, perdamaian, dan pemberdayaan ekonomi.
Pada hari pertama Workshop Inisiasi Pengembangan Desa Damai, sebanyak 33 anak-anak muda yang semuanya berasal dari Desa Handil Birayang Bawah diberikan pemahaman mengenai konsep damai serta konflik. Hari kedua pengenalan tentang kesetaraan gender. Dan hari ketiga merupakan tindak lanjut serta langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk terwujudnya kedamaian dan kesetaraan gender.
“Diharapkan nantinya para peserta ini menjadi aktor yang memiliki skill atau kemampuan bagaimana mengelola konflik, terampil dan berwawasan, serta memiliki kepekaan dalam mendeteksi potensi-potensi konflik yang bisa berujung pada kekerasan dan tindakan ekstrem, sehingga dapat diantisipasi,” ucapnya, yang pada kegiatan ini datang bersama lima rekannya dari Wahid Foundation.
Di pulau Jawa, sebutnya, pembentukan Desa Damai ini sudah dilakukan di 18 desa di empat provinsi. “Dan di Kalimantan Selatan ini adalah yang pertama kami jalankan di luar Jawa,” tandas Siti Kholisoh.
Merespon Perpindahan Ibu Kota Negara
Direktur LK3 Abdani Solihin menjelaskan, sebagai mitra Wahid Foundation dalam Program Desa Damai, LK3 menjadi jembatan serta pendamping untuk pelaksanaan dan tercapainya hasil yang diinginkan dari program ini. “Sebab program Desa Damai ini akan terus berlanjut di 2022, 2023, dan kemungkinan hingga 2025,” ujarnya, yang bersama beberapa aktivis LK3 lainnya turut mendampingi selama acara workshop.
Lebih lanjut dielaskan, sebelum digelarnya program ini, pada September lalu LK3 telah mengirimkan dua orang pemuda dari Desa Handil Birayang Bawah untuk mengikuti kegiatan Wahid Foundation di Yogyakarta. “Yang kemudian juga dilanjutkan dengan pelatihan secara daring,” tambah Dani.
Sementara Rafiqah, aktrivis LK3 yang juga terlibat dalam program ini mengatakan, pembentukan Desa Damai tidak terlepas dari perpindahan ibu kota negara di wilayah Kalimantan Timur. “Jadi, sebagai wilayah terdekat, maka Kalimantan Selatan, dalam hal ini pembentukan Desa Damai di wilayah Tanah Laut adalah juga sebagai upaya merespon hal itu. Bagaimana agar masyarakat berdaya andai nanti terjadi pengembangan-pengembangan pembangunan,” terangnya.
Kegiatan workhsop, katanya, tetap memperhatikan protokol kesehatan. Dan materi yang diberikan diselingi dengan permainan agar para peserta tidak terlalu tegang dan bisa santai .
Kawin Muda
Masyarakat di Kecamatan Bumi Makmur sendiri pada umumnya adalah para petani. Tidak terkecuali para anak mudanya. Memang, di wilayah ini cukup banyak sawah-sawah membentang di kiri kanan jalan yang bisa kita saksikan jika melakukan perjalanan di ruas jalan utama desa. Tidak heran bila kecamatan ini menjadi salah satu penyangga pangan utama Kabupaten Tanah Laut.
Sebelumnya Desa Handil Birayang Bawah pernah berstatus sebagai desa tertinggal, namun kini telah menjadi desa berkembang. Dari Banjarmasin atau Banjarbaru, desa ini bisa dicapai dalam waktu tempuh sekitar satu jam perjalanan bermotor. Meski jalan utama di desa tidak menjadi perlintasan antar kabupaten seperti halnya daerah hulu sungai atau pesisir di Kalimantan Selatan, mobilitas kendaraan cukup ramai dengan aspal jalan yang cukup baik, meski di beberapa bagian rusak berlubang dan perlu perbaikan.
Muhammad Jifri, Koordinator peserta pemuda dari Desa Handil Birayang Bawah yang hadir dalam acara workshop mengatakan, usia para peserta yang ikut dalam kegiatan ini berkisar antara 18-35 tahun. “Mereka ada yang berstatus, mahasiswa, atau orangtua muda,” ucapnya.
Jifri membeberkan, memang ada cukup banyak yang melakukan kawin muda di desanya. “Dan workshop ini menjadi luar biasa, karena juga dijelaskan bagaimana menghadapi dan mengatasi konflik yang terjadi di dalam rumah tangga,” katanya.
Ia berharap, dengan digelarnya kegiatan dan pembentukan Desa Damai ini, para anak muda di desanya memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas tentang bagaimana menghadapi dan mengelola konflik yang bisa saja terjadi di desa, Termasuk juga konflik terkecil dalam unit keluarga, mengingat cukup banyak yang menjadi pasangan muda.@