Seorang pegawai di kantor kedutaan di Roma karena jenuh dengan pekerjaan rutin sehari-hari ingin piknik. Dia lalu coba pergi jalan-jalan ke pantai. Di sana dia bertemu seorang pemuka agama, pendeta yang, karena melihat tampilan pegawai berjanggut panjang, lantas mengajaknya bicara dan tampak ingin mengujinya dengan pertanyaan.
“Kalau Anda disuruh memilih, mau pilih alat pancing atau pilih ikan 500 kg?”
Pegawai ini menjawab dengan tegas, “Saya pilih ikan 500kg!”
Si pendeta geleng-geleng kepala sambil tertawa, “Anda jauh dari kebijaksanaan,” katanya. “Apakah anda tidak tahu bahwa 500kg ikan bisa habis dimakan hanya dalam beberapa hari, sedangkan alat pancing bisa untuk memancing ikan terus menerus selamanya.”
Si pegawai yang sadar kalau ia sedang diuji dan dan diremehkan lalu menjawab.
“Anda yang terlalu naif. 500kg ikan kalau dijual seharga 50 ribu/kilo berarti menghasilkan 25 juta, sedangkan alat pancing yang bagus harganya hanya sekitar 500 ribu, beli 10 set hanya 5 juta. Saya bisa bayar 5 juta untuk menggaji 10 orang untuk memancing ikan bagi saya, dan bisa ambil 5 juta untuk bersedekah. Sisa uang lainnya bisa ditabung dan untuk hal lain-lain, misalnya mengajak Anda bermain catur sambil minum kopi atau teh di pinggir pantai. Bahkan sambil main catur saya bisa sekalian mengawasi orang-orang yang memancing ikan. Ikan hasil mancing bisa saya jual lagi. Nah, hobi mancing saya tersalurkan, bisa bersedekah, bisa beramah-tamah dengan Anda, bisa membuka lapangan pekerjaan, dapat untung pula.”
Pendeta itu seketika terkesima. Ia lalu bertanya, “siapa nama Anda dan dari mana?”
Si pegawai dengan enteng menjawab sambil berlalu, “Nasruddin, asal dari Bagdad.” Terdengar di telinganya si pendeta yang terpaku bergumam, “Mulla Nasruddin Hoja?”@