BAGI sebagian orang Islam, wali merupakan sosok yang sangat dihormati dan dimuliakan setingkat di bawah nabi. Maksudnya wali Allah, karena ada juga wali setan, yang keajaiban perilakunya sulit dibedakan oleh pandangan awam. Dan disebutkan, tidak ada yang mengetahui seorang wali (Allah) kecuali yang mengetahui itu juga seorang wali.
Di suatu siang yang panas, tanpa tedeng aling-aling Nasruddin mengaku pada orang-orang bahwa dirinya adalah seorang wali. Mereka yang diberitahunya pun bertanya, “Mula, bila benar engkau seorang wali, tunjukkan kekeramatanmu!”
Seorang wali memang dikenali, paling tidak bagi orang awam, melalui keramatnya. Keajaiban yang tidak mampu dilakukan manusia biasa, kecuali oleh para wali. Keramat adalah bukti yang paling mudah “dicerna”.
“Ya, Mula, buktikan kalau Anda seorang wali,” sahut yang lain.
“Baiklah,” kata Nasruddin. “Aku tahu apa yang terbersit di hati kalian saat ini.”
“Apa yang terbersit di hati kami, ayo!”
“Yang terbersit di hati kalian saat ini adalah bahwa aku bukan seorang wali. Benar, kan?”
Mereka pun menjawab serentak, “Benar!!!”
“Nah, itulah keramatku!” Kata Nasruddin sambil berlalu enteng.
Esok harinya orang-orang yang ditinggalkan Nasruddin mendatanginya dan kembali mengajukan pertanyaan. “Begini Mula, jangan lagi berolok-olok seperti kemarin, buktikan benar-benar bahwa Anda seorang wali. Agar kami yakin perkataanmu. Keramat apa yang engkau punya?”
Nasruddin dengan sikap yang meyakinkan berkata: “Aku mampu memerintahkan semua pohon untuk datang kepadaku, mematuhiku.”
“Buktikan!” Kata mereka. “Coba perintahkan pohon kurma itu agar mendatangimu,” kata salah seorang di antara mereka.
Nasruddin memalingkan wajahnya ke arah pohon kurma yang berjarak 10 meter dari gerombolan mereka. Dengan lantang ia berucap, “Hai pohon kurma, datanglah ke sini!”
Orang-orang menunggu, namun pohon kurma itu masih tegak di tempatnya. Nasruddin kembali memanggilnya, dan pohon kurma itu tetap bergeming di tanahnya. Kali ketiga ia berseru lebih keras lagi, “Hai kurma, datanglah ke sini, orang-orang ini ingin membuktikan kekeramatanku. Kasihanilah aku!”
Pohon kurma tetap tegak di tempatnya berdiri. Orang-orang mulai tersenyum mengejek. Tapi Nasruddin tiba-tiba bergerak, melangkah ke arah pohon kurma dimaksud. Orang-orang yang tadinya terpana langsung bereaksi ketika Nasruddin membelai-belai kulit pohon kurma.
“Hai Mula, apa yang Anda lakukan?!”
Nasruddin kembali mendatangi mereka dan berkata, “Pokok kurma itu memanggilku. Dan seperti para nabi yang berakhlak tinggi, jika umatnya tak mengindahkan seruan mereka maka nabi-lah yang mendatangi mereka dan membelai hati mereka. Pohon kurma itu enggan mendatangiku, maka aku lebih wajib mendatanginya.”@