DI SORE hari yang masih panas, Nasruddin tampak kebingungan di pasar hewan. Ia bolak-balik dengan wajah yang tak keruan. Seorang temannya menanyainya, “Ada apa, Mulla? Apa yang membuatmu gundah begini?

“Aku kehilangan keledaiku,” kata Nasruddin sedih.

“Daripada begini, lebih baik Anda umumkan, mumpung orang-orang berkumpul.”

Nasruddin senang mendapatkan saran temannya ini. Karena suasana hati yang berubah sedemikian rupa, ia kelewatan mengucapkan janjinya.

“Aku bersumpah, jika keledaiku ditemukan, aku akan menjual cincin pirusku yang indah ini seharga 20 ribu!”

Esok harinya keledai Nasruddin ditemukan. Hewan itu balik sendiri ke rumah Nasruddin. Kebetulan teman yang memberi saran ada bersamanya ketika itu. Ia pun mengingatkan Nasruddin akan janjinya.

Nasruddin sebenarnya sayang dengan cincinnya itu. Cincin itu satu-satunya hartanya yang berharga, pemberian salah seorang kerabatnya yang kaya. Dan cincin itu memang mahal harganya. Maka setelah berpikir agak lama, ia pun pergi ke pasar.

Ia pergi ke pasar dengan membawa kucing buluk kesayangan istrinya. Di tengah-tengah pasar ia berteriak, dan orang-orang mengalihkan perhatian kepadanya.

“Pirus mahal ini akan kujual seharga 20 ribu saja, adakah yang ingin membelinya? Tapi syaratnya, pembelinya harus membelinya sepaket dengan kucing yang  kubawa ini. Harga kucing ini akan kulepas senilai 10 juta rupiah. Ayo, adakah yang ingin membelinya, kalau tidak aku pulang sekarang?!”

Orang-orang yang tadinya memperhatikannya langsung berlalu ke tujuannya masing-masing. Temannya yang menemaninya ke pasar hanya tersenyum dan berkata lirih, “Nasruddin, nasruddin….”@