Tiga Kematian
Sebenar-benarnya kematian adalah malam ini;
malam Jumat yang keramat dan dahsyat. Angin
kosong, bulan tenggelam sendiri, bintang murung
di atas tanah kuburan, dan rimba-rimba hitam
tempat sembunyi para roh kesepian.
Seorang boleh bersedih, dua orang boleh menangis,
tiga orang hampa berduka dalam tindihan batu
bernama. O batu-batu yang terjaga, kau bangkit
dalam tidur panjang mereka. Harum bunga pandan
bermunculan dari tanah, dari tanah, tanah asli dari
mayat dan pasir tulang nenek moyang.
Tuhan adalah sang seniman misterius,
sebagai perakit usia; sekaligus penghancur;
penelan waktu dari yang hidup, tukang ukir yang
ahli, penentu kelahiran; yang kelak ‘kan dibunuhnya
sendiri. Ikan-ikan mata merah berkubang di lumpur;
tempat kembali sesuatu yang tercipta dari air:
air yang bersumber dari akar-akar serabut,
air yang menetes dari sekeranjang apel busuk,
air yang muncul dari ranting dan daun kering,
air yang banjir dari sungai musim kemarau,
air yang terpisah dari kebekuan darah si mayat,
air yang dipompa buah zakar dari batang terkuat
berakar tunggal di bawah perut, tempat segala
nikmat berpusar dan menghantui alam si pemburu.
O malaikat-malaikat yang menggenggam cangkul dan
linggis. Masuklah! Jangan bertamu dari luar jendela,
atau kau pulang saja, ke tempat muasal pengutusmu,
bilang padanya; di sini tidak ada siapa-siapa, selain
tiga jenazah yang geletak di atas ranjang besi tua.
Dan. Batu bata merah tertata di sebuah rumah berhantu.
Paviliun yang terbuat dari kayu, genting-genting hitam,
tembok berlumut, dan sumur-sumur yang ditinggalkan masa
lalu, ‘kan jadi kenangan, ‘kan jadi kenangan, bagi si mati.
Terkasihku, Burung Muraiku
Bahkan kini aku melihatmu dalam mimpi
baju gelap, lipstik merah mawar di bibirmu
Siapa berkuasa atas paras jasadmu itu?
Akukah?! Atau sihir-sihir sakti yang mengubah
jadi telaga peredam bengis-kejam cinta?!
Kaulah terkasih atas segala luka duka diriku!
Tubuhmu adalah pohon-pohon hijau hutan,
napasmu tanda makna kehidupan,
rupamu kehadiran-kehadiran harapan,
dan mata muraimu adalah jawaban atas segala tanya.
Terkasihku, ajari bagaimana ‘nyalakan lilin
dalam dadamu yang padam?!
Burung-burung Murai
Burung-burung murai melompat rimba-rimba.
Kita saksi atas tangis mereka.
Cakar sakti, paruh tajam, dan ekor menjuntai
melambai-lambai dengan angin, ke barat jauh
membawa luka dan kegagalan asmara.