efigram buah apel
pada musim memetik buah
saya berjalan di antara kebun dan embun
sebuah keranjang ditenteng di tangan
seperti menggandeng lenganmu
apel merah itu merona
saya seakan sedang memetik hatimu
mengikatnya dengan cinta
kerinduan tersuling dalam gelas kaca
kita berteduh dari rimbun matahari
payung daun-daun pohon mengembara
menjadi pelindung dan penjaga
bagi jiwa yang mudah memerah rebah
Indramayu, 2019
serumpun chamomile
kusiapkan pagi. hangat matahari jatuh
pada serumpun chamomile. mekar bibir gadis
memandang peladang. memetik apel merah.
keranjang buah menyimpan harapan. selapis
manis mimpi yang terus kugigit
sebab di seberang jalan pagar berduri
adalah tembok kenangan. dulunya memenjara
lalu perlahan kupanjat. kulewati.
kegelapan demi kegelapan lepas. setitik celah
cahaya begitu bermakna. segala mata air mata
tumpah ruah. aku bersujud di tanah hitam moyang.
di sana kucium bau wangi cita-cita. akar
kuat sebuah perjuangan. sebuah perwujudan.
Indramayu, 2019
pahit gula
di perbukitan yang berguling-guling
matahari pagi menyapa sunyi kebun
pohon-pohon kenangan dalam pahit gula
menyebabkan reruntuhan buah apel
keranjang bambu dalam jiwa kami
mengumpulkan segenap ingatan
warna merah luka menyala
tetes embun menuruni urat tanah
bau lembabnya memisahkan jejak senyap
akar belukar masa lalu centang perenang
menjelma warna-warni bunga
beragam keindahan rekah di mahkota
barangkali pada hening puncak gunung
batu-batu adalah pertapa ulung
kedamaian pulas terbaca di mata
hanya ada keteguhan dan pendirian
bunyi suit angin menampar wajah malam
di pinggir danau kami melihat bayang
hari ini aku tahu apa yang kaulihat
sekumpulan awan putih berseri
gumpalnya terlepas dari sudut mata
bagai boneka salju mencair hangat
hanya langit biru yang kuberikan
menghampar luas di bening samudra
Indramayu, 2018-2019
padang luas matamu
daun-daun ilalang
padang luas matamu
memandang sebuah pondok
hening menitik, angin basah
musim hujan merangkul
mengemasi kecemasan
pada putih bunganya
ladang bersusun pipimu
menyelinap tangkai merah rebah
burung berayun, membangun sarang
mengerjap dalam lena
tidur mendengkur
sungguh telah terang
segalanya akan seperti dahulu
dawai kembali bergetar
menotasikan nada yang sempat hilang
darah rindu mengalir ke urat sungai
memberangkatkan perahu mimpi
batu-batu, lumut, sirip ikan, ketika mencapai lubuk
dan aku hanya mencintai kamu sedalamnya
Indramayu, 2019
pucuk rumput
aku malu pada pucuk rumput
berdiri tegar menghadap matahari
semusim kemarau sudah
terbakar tubuh sekujur
tak putus dahi-dahi bunga
menyibak manik-manik hujan
menumbuhkan kembali daun puisi
aku berguru kepada aroma rumput
kepada akarnya yang membelukar
saat matahari duduk merenung
di kamar kuningnya begitu khusyuk
padang-padang menghijau
melipat bau hangus musim panas
kudapati pohon cintaku bersemi
Indramayu, 2019