Catatan Keberangatan
Di ufuk barat
Senandung elegi
Rinduku akan mengembara lagi
Tentang cerita kecil di televisi
Yang hari ini aku jalani
Kucatat semua resah
Kusadur tiap getar
Kumaknai dengan keberangkatan
Dan akan kucatat semua kisah
Di jalan
Dalam puisi yang menjelma lagu perpisahan
Candipuro-Way Halim, 2019
Pulang Kampung
Adapun hari ini, kita segerakan pulang
Demi waktu yang panjang.
Di tanah ritual, membaca adat
Luka tak berlangsung di jalan
Ia mekar di udara
Setiap napas kita himpun
Dari tiap malam yang penuh rimpun
“selamat datang wahai perantau,”
Ucap ibu, sambil merengkuh tubuhmu.
Yang penuh debu, penuh harapan.
“apa kabar masa lalu, apakah ia masih
suka tidur di kamar kecilku?”
Lampung, Lebaran 2020
Risalah Tempe
Sebelum waktu memanggilmu pulang
Jam tangan yang retak dan
serpihan tanah di tubuhmu berhenti dan hilang
kau jadi tuan yang buruk bagi rindu
tak memberi ruang untuknya bertubuh
Asap cerutu kau bungkus
Kau bawa pulang sebagai hadiah rantau
Rindumu bagai kerupuk yang berendam
Atau air yang berjalan di atas pasir
Sebelum itu semua, sebelum raja-raja membagikan upeti
Berupa kedelai dari tanah rantau
Semisal kita abadikan itu dalam puisi
Dan kita goreng ia bagai tempe
Maukah kau pulang mengadu pada tanah moyangmu?
Tanpa membuka rahasia tentang
Apa yang terjadi sebelum waktu memanggilmu pulang
Dan sebelum kedelai menjadi tempe
Yang asing di tanahmu
Way Halim, 1 Maret 2020
Perayaaan Subuh
Datanglah dan ikutlah berpesta
Dengan gelap dan kelip pendar lampu
Sedikit demi sedikit memenuhi sudut yang sayup
Percakapan kita lahir dari rindu
Dan mati asbab sembilu
Cukup sampailah dalam ihwal ini
Datang kita rayakan
Pulang kita kenang
Dengan doa doa, kita sambut
Lahirnya hari ke peradaban
Way Halim, November 2019