DI KEDAI KOPI SUATU SIANG

Akhirnya aku harus paham bahwa matahari
Selalu menyembunyikan warna kopi yang sesungguhnya
Di antara cahaya yang berpendar
Menjadi partikel-partikel besi yang kecil dan panas

Dan kau masih saja mengigau, berlarian ke utara
Dengan tubuh luka dan bayang-bayang telanjang
“Aku telah sampai ke puncak. Warna kopi pun berubah
Agak hitam keabuan-abuan. Masih dengan rasa yang sama”

: Di tegukan yang berikut, kita pun tertawa membaca waktu.

Februari 2019


TULISAN KECIL PADA MEMORIAL PENYAIR

– A. Pushkin

Masih ada yang tidur, berbaring di sini menghitung guguran waktu
Musim dingin. Butiran salju di dinding kaca, berkabut
Ada yang menulis kota Arbat. Di jalan yang berjarak, orang-orang

Membuang tubuhnya ke tembok yang retak. Wajah yang berkarat
Di dalam ruang kamar yang gelap, hanya tempat tidur yang nyenyak
Menghitung masa silam dan puisi-puisi yang berceceran di anak tangga.

Facebook Comments
1
2
Artikel sebelumnyaPESERTA DISKUSI MERASA IKUT “DIJAMAK JIBRIL”
Artikel berikutnyaINI ADALAH CERPEN
Irawan Sandhya Wiraatmaja
Buku Puisinya: Giang Menulis Sungai, Kata-kata Jadi Batu (2017) memenangkan Anugerah Puisi Utama HPI Tahun 2017. Karya-karyanya dimuat dalam beberapa media cetak di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Banjarmasin, Semarang, Riau,Tanjung Pinang, Lampung, Padang dan Makassar serta beberapa antologi puisi bersama. Kumpulan puisi tunggalnya tahun 2019, Vu, Berbilang Akar-akar Kecubung (KKK) dan Tafsir Sunyi 99 Puisi ( Penerbit Kompas Grup ). Tahun 2020 terbit buku puisinya yang ke-8, Nausea Kota Dalam Telepon Genggam (KKK) dan tahun 2021 telah terbit buku puisinya yang ke-9, Daun-daun Waktu (KKK). Menjadi Ka ANRI pada tahun 2013-2019. Komisioner KASN Periode 2019-2024.