Seimprit Tentang Xiaomi

Para penggemar Xiaomi yang akrab disebut dengan MI Fans biasanya punya agenda rutin tahunan. Semisal, turut serta dalam flash sale yang cuma berselang seminggu pasca rilis produk baru. Setelah barang itu raib diborong, barulah para resell mengeluarkan tips dan triknya untuk melambungkan harga.

Itulah mengapa, produk-produk Xiaomi terutama Redmi Note paling sering ghoib di pasaran. Alias, ditimbun. Jika anda pengikut gadget addict, mungkin ingat kasus pertama Redmi Note 7 rilis yang raib pasca launching. Bahkan beberapa youtuber review pun harus datang ke pabrik demi mendapatkan Redmi Note 7. Solusinya baru bisa terpecahkan pasca 3 bulan di pasaran. Termasuk pada di Mi Store sendiri.

Hal yang sama juga terjadi pada Redmi Note 8 dan Redmi Note 8 Pro yang rilis 2019 lalu. Smartphone yang menduduki peringat cukup tinggi untuk kelas menengah mencapai skor Antutu hingga 280 ribuan. Dan pertama dalam sejarah Xiaomi menanamkan Chipset Mediatek Helio G90T di dalamnya. Kenceng sih, tapi malah dibully oleh para Mi Fans. “Kok, bukan Snapdragon! Xiaomi pengkhianat!” mungkin begitu kira-kira.

Inilah yang tidak didapatkan brand lain dalam strategi pemasaran. Xiaomi punya komunitas pembeli yang loyal. Dan mereka solid tentu saja. Masih ingat, kan bagaimana Redmi 1s menembus pasar Indonesia tanpa iklan di tv melainkan hanya mulut ke mulut (eh, lebih tepatnya jari ke jari) via online saja. Mereka (para Mi Fans) seperti bahu-membahu membagikan info seputar gadget kesayangan mereka. Singkatnya, Xiaomi gak bisa dikatakan barang jelek. Mereka selalu membikin barang dengan spek setingg-tingginya dengan banderol harga semurah-murahnya. Wajar jika ia jadi idaman para kaum andro (id) meda. Hehe.

Dan selamat datang di 2020 di mana hampir semua brand smartphone saling kejar-kejaran untuk melaunching produk baru. Normalnya 6 bulan sekali brand smartphone akan merilis generasi penerusnya. Di kelas mana pun, mulai dari kelas atas ke langit, menengah ke atas, dan menengah ke bawah sampai ke kerak bumi. Kadang, semua hape di beberapa kelas itu dilaunching dalam waktu yang bersamaan, bikin pusing para user yang mewajibkan dirinya beli hape baru setiap kali ada yang baru.