ADA kalanya Nasruddin mengunjungi teman-temannya yang miskin untuk menghibur mereka dengan sekadar bercanda dan menyisipkan nasihat-nasihat untuk bersabar menjalani hidup. Kadang ia menjadikan dirinya sendiri sebagai tamsil, meski untuk itu ia sering dicemooh, karena dianggap memiliki teman-teman yang kaya yang bila-bila waktu selalu membantu kesusahannya.

Ada saatnya pula Nasruddin mengunjungi teman-temannya yang kaya, sekadar bercanda dengan mereka sambil menyisipkan nasihat tentang buruknya dunia, dan agar tidak tamak terhadapnya. Perilaku Nasruddin yang seperti ini sedikit-banyak memberikan pengaruh terhadap teman-temannya.

Ada satu dua temannya yang miskin, karena termotivasi ujarannya lalu berusaha bersungguh-sungguh dan akhirnya jadi kaya. Ketika berjumpa dalam keadaan yang sudah berubah, orang kaya baru ini akan memuji Nasruddin atas nasihat-nasihatnya yang mudah diterima. Dan bila Nasruddin akan pulang mereka menyanguinya, atau kadang menitipinya uang untuk teman-teman mereka yang masih dalam kesusahan.

Tapi ada satu dua di antara mereka yang sudah sukses itu kadang lupa pada Nasruddin. Menjadi sombong dan menganggap dirinya maju karena usahanya sendiri. Seperti kisah berikut ini.

Suatu hari Nasruddin mengunjungi Jumal, orang kaya baru di kampungnya. Rumah Jumal sangat besar, sehingga tembok yang mengelilingi rumahnya saja begitu tinggi untuk suara Nasruddin memanggilnya dari luar.