AWAL-AWAL Nasruddin membeli keledainya, ia dengan percaya dirinya ingin menaikinya. Ia sudah sering melihat orang-orang menaiki keledai, dan ia ingin tampil gagah dalam penampilan pertamanya.
Maka di hadapan orang-orang yang masih berseliweran di tengah pasar, ia sengaja mengucapkan basmalah dengan suara yang agak dikeraskan. Dinaikkannya kaki kanan ke atas punggung keledai, sementara matanya menatap ke depan.
Begitu ia akan melompat, tiba-tiba si keledai melangkah berputar ke belakang, dan Nasruddin jatuh tersungkur di belakang pantat keledai.
Orang-orang pun tertawa menyadari Nasruddin jatuh dengan memalukan. Betapa jengkel hati Nasruddin ditertawakan orang banyak. Ia menghardik mereka, “Kenapa kalian menertawaiku? Keledai inilah yang membuat bagian depan dirinya jadi di belakang dan bagian belakangnya pindah ke depan!”
Nasruddin pun pulang dengan menuntun keledainya, karena tak ingin ditertawakan kedua kalinya.
Esok harinya ia masih penasaran. Di hadapan anak-anak yang tengah asyik bermain di halaman rumahnya ia mencoba menaiki keledai itu lagi. Ia memegang punggung keledai dengan kuat, lalu melompat dengan sigap. Apa daya, Nasruddin jatuh kembali!