“Seni Adalah Upaya”. Itulah tema yang diusung Banjar Mural Festival (BMF) yang akan digelar pada 12 – 17 Oktober 2021 di dua kota, Banjarbaru dan Banjarmasin.
Menariknya, even yang dihelat Semangat Muda, sebuah komunitas anak-anak muda kreatif Banjarbaru, ini juga akan dibuka dan ditutup dua pemimpin kota. Pembukaan dilakukan Walikota Banjarbaru HM Aditya Mufti Ariffin, dan penutupan oleh Walikota Banjarmasin Ibnu Sina.
“Festival ini adalah ruang temu berbagai pihak, pemerintah, swasta, dan pelaku kreatif atau seniman. Semangat Muda selaku penyelenggara mengharapkan festival ini menjadi ruang diskusi dan kolaborasi antar elemen,” ujar Novyandi Saputra, Direktur Festival BMF, dalam acara jumpa pers di Garis Kota Workspace & Resto, Banjarbaru, Sabtu (9/10). Hadir pula Founder Semangat Muda Putra Qomaluddin dan sejumlah perwakilan sponsor.
Tidak dipungkiri Novy, even BMF ini terinspirasi ramainya penghapusan mural bergambar wajah Presiden Joko Widodo disertai tulisan “404: Not Found”, Agustus 2021 lalu. Kendati demikian, dalam even BMF ini mural yang akan menghiasi dinding-dinding kota tidak bertemakan kritik sosial.
“Dari hasil kuratorial, sebanyak 19 contoh mural yang terpilih kebanyakan bertemakan Covid-19, seperti imbauan vaksin, prokes, hingga gambaran-gambaran kesedihan mereka yang kehilangan orang tercinta akibat pandemi ini,” terang Novyandi yang juga dikenal sebagai seniman musik tradisi banua.

Dijelaskan lelaki berambut ikal gondrong ini, dari rancangan mural itulah terlihat bagaimana “Seni Adalah Upaya” yang menjadi tema BMF menyikapi apa yang terjadi dengan kondisi saat ini. Harapannya, mural sebagai karya seni dapat memberikan sumbangsih dan berjuang bersama keluar dari bekapan wabah. Dan mural ini juga sebagai penanda zaman.
“Semoga festival ini dapat menjadi embrio untuk acara yang lebih besar ke depannya dengan scope yang lebih luas. Hal ini tentu memerlukan kerjasama dari berbagai pihak mulai, dari pelaku kreatif, pemerintah hingga swasta agar gaung festival lebih nyaring. Bukan hanya mural, namun bentuk kesenian lainnya dapat lebih berkembang dan hidup di ruang-ruang kota,” harap Novy.
Dalam rancangan, terdapat sepuluh titik pelaksanaan acara BMF. Di Kota Banjarbaru, yang menjadi titik mural antara lain Amanah Borneo Park, Coffee Cub, Mengoffee, Siang Malam dan Big Coffee. Sedangkan di Kota Banjarmasin, titik mural antara lain dinding Pelindo Jalan RE Martadinata, Summer, 101 Coffee, The Jumpa Square dan Oettara Koffiee. Festival ini melibatkan 19 muralis yang terdiri dari individu dan kelompok. Walikota Banjarbaru akan membuka acara festival pada 12 Okotober di Coffee Cub yang menjadi salah satu titik mural. Kemudian, akan ditutup dengan perayaan pada tanggal 16 Oktober oleh Walikota Banjarmasin di The Jumpa Square.
Nama–nama seniman atau muralis yang terlibat di kota Banjarbaru antara lain Tio Epenk, Hefni Priadi, Lintang Fauzi, Gamas, Andri Ramadhani, Jerry, Bagus, M Nurhadi, Nabila, dan Sinyo. Banjarmasin melibatkan Jeffry Andika, Arnet, Andrian Yusianto, Innasya Tania, Fatur, Adi, Rizky Setiawan, Ramadhani, dan Dhea Qistina.
“Pelaksanaan acara ini tentu tetap memerhatikan protokol kesehatan di masa pandemi,” ucap Novy.
Festival BMF ini didukung oleh pihak sponsor antara lain Pemerintah Kota Banjarmasin, Pemerintah Kota Banjarbaru, Restu Guru Group, Pelindo, Amanah Borneo Park, Gudang Garam, Yayasan Amnesia, Dewan Kesenian Banjarmasin, Manajemen Intalu, DPD Asparnas Kalsel, Syihab Group dan Moodbooster. Serta sejumlah media massa, termasuk Asyik-Asyik.com.
“Keterlibatan sponsor-sponsor ini merupakan sebuah bentuk kolaborasi berbasis pemberdayaan. Kita sadar betul bahwa para pihak pendukung ini seperti ibu dan bapak. Jika kita menganalogikan pemerintah daerah seperti ibu, maka pihak swasta ini seperti bapak. Memerankan fungsi mengayomi dan memberi ruang kreatif bagi para seniman mural ini,” tandas Novy.@