KOTA Banjarbaru baru saja merayakan usianya yang ke-25 tahun pada 20 April 2024. Bila diibaratkan manusia, ini adalah usia emasnya masa muda.

Begitulah pula kiranya kota Banjarbaru, yang terus tampil mempercantik diri dengan berbagai pembangunan dan pembenahan kota.

Beberapa pembangunan ikon kota yang saat ini dipimpin Wali Kota H.M. Aditya Mufti Ariffin, bisa kita sebut di antaranya kincir komet, Mess L,  jembatan penyeberangan orang (JPO) yang menjadi satu-satunya di Kalsel, dan yang terbaru bangunan Titik Nol yang tepat berada di tengah kota atau berseberangan dengan Mingguraya, Lapangan Murdjani dan Balai Kota.

Satu-satunya juga yang ada di Kalsel adalah Bioskop Misbar. Bioskop mini yang berada di Jalan Panglima Batur, tak jauh dari Balai Kota ini, sering memutar film-film pendek lokal, baik dari kalangan pelajar maupun umum. Pernah juga memutar film panjang seperti film Syekh Arsyad, dan film lainnya.

Banjarbaru bisa dibilang sebagai kota paling trend di Kalimantan Selatan. Kafe-kafe menjamur, terlebih di kawasan pusat kota. Suasana yang teduh dengan pohon-pohon tua nan besar, Tak sedikit yang membandingkannya dengan Kota Bandung.

Perubahan status Banjarbaru menjadi Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan menggantikan Banjarmasin merupakan peristiwa bersejarah yang diresmikan melalui Undang-Undang No.8 Tahun 2022. Hal ini bisa menjadi awal dari babak baru sejarah Banjarbaru, sebuah kota yang telah berjuang keras untuk mendapatkan statusnya sebagai Ibu Kota Provinsi sejak awal kelahirannya.

Buku WABUL SAWI KALIMANTAN Sejarah Ibu Kota yang Tersembunyi 

Dari buku berjudul “Wabul Sawi” Kalimantan yang menceritakan sejarah Banjarbaru, ditulis Hudan Nur dan Haris Fadhillah dengan editor Khairil Anwar disebutkan, lahirnya Kota Banjarbaru tidak terlepas dari semangat “Wani baidabul sanggup menggawi” yang kemudian dikenal dengan semboyan Wabul Sawi. Ungkapan dalam bahasa Banjar itu dapat diartikan “berani bicara sanggup mengerjakan”.

Pencetus pertama semboyan Wabul Sawi ini adalah tokoh masyarakat Banjarbaru dan Kalimantan, Zafry Zamzam. Hal itu sesuai dengan penuturan saksi sejarah, Dr. Ir. H. Yunus Jarmi, MSi yang ketika itu sebagai mahasiswa menghadiri rapat-rapat persiapan pembentukan kota Banjarbaru di pertengahan 1950-1960.

Mengambil semboyan yang menjadi salah satu tonggak Banjarbaru itulah Hudan Nur dan Haris Fadhillah memberi judul buku mereka Wabul Sawi yang terbit persis mendekati Hari Jadi Kota Banjarbaru ke-25 pada 20 April 2024.