MISALNYA TIDAK LAGI

Misalnya tidak pernah lagi ke pulau ini
Karena Covid-19 mencegahku datang,
Atau umur tidak memungkinkan aku berlayar
Menyusuri Sungai Kahayan, berziarah padamu,
Mendengar lagi kau belajar bahasa Inggris,
Menyambut para tamu dari benua lain;
Simpanlah puisi ini sebagai bukti
Engkau selalu abadi dalam jiwaku, Kalimantan.

Misalnya ibukota negeriku pindah ke sini
Dan aku tidak pernah mengunjungimu lagi
Karena gejolak politik atau lumpuhnya ekonomi
Atau memang sama sekali tak ada urusan
Sebab semua keindahan ada umurnya,
Semua kesibukan ada batasnya, doa pun selesai
Tinggal kau dan aku mengamini kehidupan
Selama matahari setia menyinari Kalimantan.

© 2021



PUISI TERIMA KASIH

Bagaimana lumba-lumba berterima kasih
Dengan menari secantik-cantiknya
Bagaimana bunga-bunga bersyukur?
Berkembang dan beraroma sekuat tenaga
Bagaimana manusia berterima kasih
Dengan bekerja sebaik-baiknya, setulus hati

Kalau aku permanen menjadi buta
Untuk siapakah kecantikanmu?
Aku tidak melihatnya –
dan belum puas memandangnya.
Seadil inikah kehidupan?

Yang tampak adalah wajahmu
Misalnya aku jadi buta
Yang tampak terakhir adalah wajahmu
Di seberang puisi, ketika kata tidak berfungsi
Ada negeri tanpa basa-basi, tanpa politik
Tanpa kampanye, pertikaian dan dusta
Tanpa koran, tanpa internet, tanpa berita.

Benarkah – kudengar suaramu yang terakhir
Tangan terakhir yang kugenggam
dan aroma terakhir yang kucium?
Kutunggu jawabanmu
Meskipun kutahu engkau telah membisu
dan seluruh dunia melarangmu bicara,
termasuk berbisik dan mengerdipkan mata
kepadaku.

© 2021

Artikel sebelumnyaTIPS NYANTUY DI DKI BUDGET TIPIS SETIPIS JANJI MANIS
Artikel berikutnyaGURU BULKINI
Eka Budianta
EKA BUDIANTA lahir 1 Februari 1956 di Ngimbang, Lamongan, Jawa Timur. Pertama kali ke Kalimantan 1979, membaca puisi di Samarinda dan Balikpapan, program Dewan Kesenian. Terakhir ke Banjarbaru 2019, membaca puisi damai, program Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Beberapa karyanya muncul dalam terjemahan bahasa Perancis, Mandarin, Finlandia, Inggris, Belanda, Jepang, Korea, Arab, dll. Bukunya “Langit Pilihan” menang sebagai kumpulan puisi terbaik 2012 dari Badan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.