SEDERET acil-acil berpakaian daster dengan topi tangguinya berwarna merah putih itu datang berasal dari Desa Lok Baintan dan Desa Sungai Pinang, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar. Dan mereka tengah berkumpul di Siring Nol Kilometer, Kota Banjarmasin, demi merayakan lomba dan menjual berbagai jenis dagangan hasil buminya.

Ada menjual pisang, mangga, limau, jambu, nanas dan sebagainya. Dalam pantau Asyikasyik, nampak seorang Acil tersenyum saat mengenakan pete yang dikalungkan ke bahunya sendiri. Sebagaimana wujud merayakan Hari Jadi (HARJAD) ke-73 Kalimantan Selatan dan menyambut 17 Agustus-an.

“Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pasar terapung merupakan destinasi wisata budaya. Dan di mana aktifitas tersebut sudah lama sejak ratusan tahun yang lalu,” ucap Irwan Jaya, Plt Kepala Disbudporapar Banjar kepada Asyikasyik, Minggu (13/8/2023) malam.

Menurut Irwan, masyarakat secara kultural sudah melakukan jual beli di sungai saat berdagang dan bertransaksi menggunakan sistem barter. Baginya, pasar terapung memiliki daya pikat tersendiri, sehingga orang-orang berdatangan ingin melihat bahkan membeli dagangannya.

“Inilah yang menjadi daya tarik di pasar terapung berbeda dengan daerah lain. Tentunya, kita bersama-sama melestarikannya dengan baik itu Pemprov Kalsel dan Pemkab Banjar,” ujarnya.

Adapun, Irwan melihat sejauh ini saat pemberdayaan terhadap acil-acil pedagang di pasar terapung pun menjadi perhatian oleh pihak Disporabudpar Kabupaten Banjar. Dia melihat peluang dalam perkembangan ekonomi masyarakat, entah berjualan buah maupun kerajinan yang dimiliki oleh warga di sana.